Well, hari ini hari ke-16 bulan Ramadhan, jadi telah 16 hari umat muslim di sleuruh dunia berpuasa. Tapi aku belum sampai 16 hari, karena alasan keperempuanan, you know, jadi sudah beberapa hari ini aku harus meliburkan puasaku.
Liburan kali ini sangatlah terasa membosankan bagiku. Aku terkurung di rumah hampir setiap hari. Hanya satu hari; hari Senin di minggu kedua puasa itu saja aku dapat menginjakkan kakiku di lantai angkot untuk pergi latihan. Seharusnya kami latihan di hari Selasa dan Kamis, namun karena teman seperjuanganku tidak diperbolehkan untuk latihan, akhirnya latihan pun diundur diundur terus-terusan, sampai hari ini, hari Kamis; hari dimana kami seharusnya latihan.
'Mengapa tidak latihan sendiri saja?'
'Oh, God, no... Alu bukanlah tipe orang se-pede itu.'
Faktor lain penyebab ke-wajib-betah-anku di rumah adalah jadwal bubar yang juga diundur. Seharusnya kami bubar hari Selasa lalu, tapi tiba-tiba berpindha ke hari esok (Jum'at). Kkkkkk...
Jya, agar aku tidak mati kebosanan di rumahku istanaku ini, aku mencoba melakukan aktifitas orang-orang rajin, seperti mendengarkan musik sembari menghapal liriknya, membaca novel di hape, atau sekadar berbaring (bahasa geholnya 'golek-golek'). Wokwok, jangan diambil mata, bukan itu kok maksud aktifitas orang-orang rajin. Sementang puasa... XD
Yeah, aku latihan.
'Puasa-puasa latihan?'
'Yeah...'
'Tidak lelah?'
'Lelah sih, tapi aku mencoba menyeimbangkan waktu latihan dan istirahat.'
'Tidak haus?'
'Pertanyaan bodoh.'
'Kkkkk~ Latihan apa?'
'Latihan menari.'
'Menari apa?'
'Menari yang bisa ditarikan.'
'Misalnya apa?'
'Misalnya, tarian yang lagunya: ♪I want you! I need you! I love you! Atama no naka...♫'
'Oh, itu saja?'
'Tidak, aku juga berlatih tari samba.'
'Samba?'
'Iya, samba.'
'Ciyus?'
'Ciyus...'
'Miapah?'
'Miatas mibawah!'
Grrr... Kesel jadinya ditanyain diri sendiri.
Nah, jadi aku melatih sambaku beberapa hari dalam seminggu, 1-4 jam dalam sehari. Dibandingkan lelah, aku lebih keras bertarung dengan rasa haus. Aku sengaja mengambil waktu sekitar jam 4 sore untuk berlatih, karena waktu buka puasa sudah dekat. Mwehehe... Kalau aku berlatih di jam-jam pagi yang sebenarnya lebih bagus untuk berolahraga, garansi... aku akan mengalami musim kemarau berat di tenggorokanku.
And you know what, samba is a very fffff hard dance to do! Samba itu mengandalkan pinggul. Ping...gul. Jika pinggul tidak aktif, gerakan kita tidak akan bisa disebut samba. Hah~ Aku benci kenyataan bahwa aku tidak bisa memainkan pinggulku dengan bagus, dan bahwa pinggulku ini kecil, jadi tidak mudah untuk dilihat pergerakannya.
Aku hampir putus tali, eh kamsudnya putus asa. Aku bahkan hampir menangis saat aku latihan, terbawa oleh perasaan sedih dan kesal. Aku sudah mengulang-ulang gerakan yang sama--berkali-kali, mulai dari gerakan lambat sampai gerakan cepat. Aku tidak tahu apakah aku yang salah bergerak atau memang efeknya seperti itu, tapi aku merasa sakit di lambung saat melakukan gerakan yang cepat.
Ada satu hal yang ingin kuketahui jawabannya: mengapa aku tak dapat melakukan samba? Aku cukup mudah untuk menari tarian lain, tapi tidak dengan samba. Apakah aku memang tidak memiliki bakat untuk melakukannya?
Ah, aku hanya perlu berlatih lebih keras dan lebih keras lagi.
Dan menurutku, selain bakat, ada satu kunci yang diperlukan untuk menguasai suatu hal: memasukkannya ke dalam hati. Tidak melakukannya dengan terpaksa karena suatu kewajiban dan tidak melakukannya karena ingin dipamerkan, tetapi karena memang ingin melakukannya dan ingin menguasainya. Jika kita mencintai hal tersebut, maka hal itu akan balas mencintai kita dan akan memasrahkan dirinya untuk kita kuasai. Jadi, kita akan mudah untuk melakukannya.
Yah. aku akan mencoba.
Bismillah.
Semoga aku bisa. Ganbatte!
Chelsea♥ Ugh, I miss this nuke-cat sooo much. T_T |
No comments:
Post a Comment