Friday 27 November 2015

Kau dan Alasanmu


Kau... Apakah kau tahu?

Apakah kau tahu bagaimana perasaanku saat akhirnya aku dapat melihatmu lagi setelah beberapa waktu? Kau berjalan melewatiku, tanpa pandangan, tanpa sapaan. Seperti biasa. Ya, seperti biasa. Memang hanya aku yang merasakan betapa lamanya waktu berjalan saat kehilanganmu, dan memang hanya aku yang masih penasaran akan kehidupanmu.

Apakah kau tahu seberapa mengertinya aku akanmu, sehingga aku mencegah diriku sekeras mungkin agar aku tak berharap sedikitpun bahwa setidaknya kau akan memandangku saat kau melihatku? Aku tahu hal itu tak akan terjadi bahkan sampai buah durian kehilangan duri.

Apakah kau tahu apa yang kulakukan setelah pertemuan kita yang tak kuharapkan itu? Aku mencari tahu apa arti debaran di jantungku saat mataku menangkap sosokmu yang sedang berdiri di sekitarku, padahal rasa kesal yang besar juga sedang mengitari kepalaku karena melihatmu.

Thursday 17 September 2015

Thank You for Visiting


Malam itu, pukul 8.30 di hari Minggu, seseorang merampas tas—yang kukenakan menyilang dari bahu kiri sampai pinggang kananku—secara cepat dari arah kanan belakang. Seseorang itu berada di atas sepeda motor yang dikemudikan oleh temannya. Dengan tangan kirinya dia menarik tali tasku dari punggungku. Sedetik kemudian aku tersungkur ke atas aspal dan terseret karena tangan kananku masih menahan tali tas. Karena takut akan kendaraan lain yang bisa saja menggilasku, aku melepaskan genggaman tanganku di tali tas itu. Lalu, dalam hitungan detik juga, kedua pria itu menghilang di antara gelapnya bayangan pohon dan kilauan cahaya lampu kendaraan.

Saat sepeda motor itu mendekatiku, saat suara mesinnya terdengar di telingaku, dan saat tiba-tiba merasakan angin berhembus dengan kencang dari arah kananku, sebenarnya aku sudah merasa bahwa aku akan dirampok lagi, karena itu aku mencoba sebisa mungkin untuk menahan tasku. Namun karena aku terkejut, kekuatanku tidak cukup besar untuk menahan tarikan laki-laki itu—lagipula dia dibantu oleh kekuatan sepeda motor. Jadi, aku terjatuh ke jalan dengan mudahnya.

Thursday 6 August 2015

Lucu Saja



Seorang perempuan terlihat sedang berjalan di antara kerumunan orang yang baru saja keluar dari sebuah gedung perkuliahan. Setelan pakaian olahraga terpasang di tubuhnya: kaos putih berlengan pendek, celana olahraga sekolah biru  berlaris oranye, dan sepatu olahraga abu-abu. Dia berjalan agak cepat, berbelok-belok untuk menghindari tabrakan dengan tubuh lain. Matanya tertuju pada sesosok laki-laki berjas hitam yang berada sekitar dua meter di depannya.

‘Tampan sekali...’ Perempuan itu membatin saat dia mengunci pandangannya. Memiliki potongan rambut yang segar, memakai setelan berupa kemeja biru dan jas serta celana hitam, memikul ransel hanya dengan sebelah talinya, dan berjalan dengan satu tangan berada dalam saku celananya. Ya, bahkan dari belakang pun laki-laki itu tetap memesona.

Sembari menikmati sosoknya, perempuan itu melangkah lebih cepat, namun tetap menjaga diri agar tak terlihat oleh si laki-laki. Laki-laki itu telah melewati gerbang dan berjalan ke arah parkiran. Si perempuan melangkah lebih dekat, lalu bersembunyi di belakang pohon saat si laki-laki menoleh ke belakang. Setelah beberapa saat bersembunyi, akhirnya perempuan itu memutuskan untuk menunjukkan dirinya. Dia berjalan mendekati si laki-laki yang kini sedang berdiri di samping motornya. Cengiran terpampang di wajah si perempuan saat si laki-laki melihat kemunculannya. Dia sengaja menatap laki-laki itu dengan terang-terangan. Laki-laki itu menoleh ke arah lain, mencari sang tukang parkir. Kemudian perempuan itu duduk di motor yang berada di sebelah motor si laki-laki dengan tatapan dan cengiran yang tetap lekat. Si Laki-laki kembali menoleh ke perempuan itu; wajahnya terlihat heran bercampur risih. Si perempuan semakin melebarkan cengirannya, kelihatannya dia tak berniat untuk berkata apapun.

Friday 24 July 2015

San...

San...
Irsan...
Limbong...
Kawan aku...

...apa kabar?

Kalok kotanyak kabar aku, aku bakalan bilang, “alhamdulillah, gini-gini aja.”

Aku lagi pakek kaosmu ni, San. Kaos abu-abu yang sering kopakek buat latihan di sekolah. Abis mandi, ntah kenapa aku milih kaos ini pas aku liat lemari buat nyarik baju.

Mungkin karna aku tiba-tiba rindu samamu kali ya, San?

Thursday 9 July 2015

1st Cake From Them

^^

Alhamdulillah.

Itu kata pertama yang aku nantiin buat ditulis di post ini. Kenapa? Mwehehe...

Di tahun ini, aku bersyukur yang lebih, lebih dan lebih untuk ulang tahunku. Untuk pertama kalinya, aku dapat kejutan—yang mungkin menurut orang-orang “standar ulang tahun”, yaitu kue bolu dari orang di luar keluarga.

Dari “Shiawase”. Yay!

...maksudku, “Shiawase”ku (kebahagiaan versiku: kohai-kohai yang dulu pernah aku bina di sekolah).

(There was a photo here)

Uhm, bukannya aku nggak pernah dapet bolu pas ulang tahun, tapi kayak yang aku bilang tadi, aku nggak pernah dapet bolu dari orang-orang di luar keluargaku. Jadi ini pertama kalinya aku dapet bolu dari temen, dan jadi, makanya aku bilang itu kejutan.

Tuesday 30 June 2015

Sama

(There was a photo here)

Hi, Kohai-kohai Senpai... Terutama Dewi, Widia, Nabila, Moya, dan Alda.

Tadi Senpai lagi nyari-nyari foto Senpai yang lagi senyum buat diedit trus dimasukin ke instagram. Pas lagi liat-liat foto, Senpai nemu foto ini. Entah kenapa, Senpai langsung berasa kayak mau nangis.

Ini foto waktu kapan, ya? Waktu kita lagi ngapain? Senpai nggak ingat... (senpai kalo nggak ingat memang sering lupa). Walaupun muka-muka kita busuk, tapi di sini kita keliatan senang, ya? 

Mungkin nggak Cuma keliatan senang di luar, tapi juga senang di dalam (batin).

Friday 5 June 2015

Hari Ini

Hari ini hari terakhir kami kuliah. Ya, sebenarnya bukan yang terakhir juga sih, karena besok siang masih ada mata kuliah komputer satu les lagi, dan buat 2 minggu ke depan kami ujian akhir. Tapi... haha, kayak biasa, yang datang besok pasti cuma sejumput orang, karna sekelompok kami besok bakal pergi liburan ke Mikie Holiday. X) . Jadi, yeah, tadi itu adalah hari terakhir kami berada di kelas itu sebagai mahasiswa. Abis ini kami bakalan sibuk sama skripsi masing-masing.; jumpa dosen pembimbing masing-masing. So, kami nggak bakalan ada waktu buat jumpaan sekelas lagi setelah ujian.

Aaaaahhhh... untung lah kami punya dosen yang selain umurnya masih muda, jiwanya juga masih muda, jadi di jam terakhir dalam hari terakhir tadi kami nggak belajar. Miss Maya Cuma ngasi soal kisi-kisi buat ujian, lalu sisanya kami abisin buat dokumentasi! Yeay! Hail the kiinnggg! ^0^ Poto sana, poto sini, video sana, video sini, ngobrol sana, ngobrol sini. Aku rasa satu kelas excited bingitz sama suasana tadi. Miss Maya ga daisuki deshita!  ^^

Friday 15 May 2015

You Have Gone



People come and go.

Begitu kata mereka. Sebuah kalimat yang berulang kali aku coba untuk percaya di saat kalimat itu juga berulang kali membuktikan kebenarannya. Ya, aku selalu menampik bahwa orang-orang datang dan pergi, bahwa mereka datang untuk pergi. Aku selalu berusaha untuk tidak menyetujui teori bahwa tidak akan ada kata ‘datang’ jika tidak ada kata ‘pergi’. Aku juga selalu meyakinkan diri bahwa tidak selamanya orang yang telah datang akan pergi. Jadi kuputuskan untuk tidak menyukai kalimat itu.

Dan sekarang kalimat itu menantangku kembali.

Kali ini dia menggunakanmu sebagai tokohnya—membiarkanku melihat potongan adegan lain sebagai bukti.

Wednesday 22 April 2015

Thesis and Activities and Myself


Sudah minggu terakhir bulan April, dan aku, si gadis kecil berjerawat merah ini, belum melakukan perubahan apapun pada skripsinya. Aku masih setia berdiam diri di outline, sedangkan teman-teman kelasku yang lain mungkin sudah tiba di bab III. Ya, cancer itu memang terkenal akan kesetiaannya, kan? Padahal sidang akan mulai dibuka bulan Juni, kautahu. Jadi tinggal sekitar sebulan lagi aku harus bisa menyelesaikan skripsiku; skripsi yang lengkap dengan bab-bab hingga referensinya, bukan hanya outline.

Thursday 9 April 2015

Perempuan



Hujan turun siang itu, membasahi atap sebuah kafe yang sedang sepi pengunjung. Di sudut balkon kafe tersebut sedang duduk dua muda-mudi: seorang laki-laki yang memakai kaos abu-abu berlapis kemeja merah jambu, celana jeans dan sepatu keds biru tua bergaris coklat, dan seorang perempuan yang memakai baju rajut putih, celana jeans hitam dan sepatu keds putih. Tidak ada perbincangan yang sedang terjadi; mereka berdua terlihat sibuk dengan pikirannya masing-masing, membiarkan suara hujan memenuhi telinga mereka. Dua cangkir cappucino di atas meja terlihat kesepian karena dianggurkan oleh para pemiliknya.

Beberapa saat kemudian terlihat pergerakan dari si laki-laki. Dia mengambil handphone-nya yang sedari tadi ikut menganggur di samping cangkirnya, lalu ibu jari kanannya mulai menari di atas layar. Si perempuan yang sedari tadi melihat ke bawah—di mana kedua tangannya sedang bertaut-tautan—melirik ke laki-laki di depannya. Menghela napas, dia menarik lengan bajunya hingga ke siku. Untuk beberapa detik dia memperhatikan si laki-laki, kemudian sebuah suara dehaman tercipta dari tenggorokannya.

Thursday 26 March 2015

What is Going On, Zayn?

“Ih! Zayn Malik keluar dari One Direction!”

Aku berhenti mengetik setelah mendengar kalimat berita yang keluar dari mulut Pani. Seketika aku seperti mendengar suara petir di kepalaku. Menoleh padanya, aku bertanya dengan penuh rasa tidak percaya, “Hah? Serius?”

Pani memberikan BB-nya padaku, memperlihatkan wacana yang terpampang di layarnya. Aku langsung membacanya dengan harapan bahwa Pani hanya sedang melakukan candaan yang sama sekali tidak lucu. Namun ternyata dia tidak sedang bercanda.

Zayn Malik telah keluar dari One Direction.


Friday 23 January 2015

Bidadari dari Surga

Bidadari turun dari surga, katamu? Hahaha... Jangan memuji secara hiperbola begitu. Kautahu sendiri bahwa aku tak sesempurna bidadari. Cantik saja tidak. Namun jika kau menyebutku bidadari karena kebaikanku, aku tak tahu harus bersikap seperti apa untuk merespon. Karena mungkin memang hanya itu lah yang bisa kulakukan untukmu. Kau pernah bilang bahwa hal yang paling kauingat tentangku adalah bahwa aku sangat baik padamu. Ya... Kalau kautanya mengapa aku begitu, jawaban yang terpikir olehku adalah karena aku menyukaimu.

Apapun, bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun aku akan selalu berusaha untuk membuatmu senang.