Tuesday 30 July 2013

How Holy A Cat is

Yo, selamat pagi! Sekarang tertera angka 6:56 AM di sudut kanan bawah layar komputerku, artinya langit gelap sudah berganti menjadi langit terang, dan aku siap menjalankan puasa. X) Jadi sebentar lagi aku akan menyelesaikan kegiatan 'klak-klik'ku ini untuk melakukan kegiatan─harus&wajib─rutinku di setiap pagi yaitu dance! Yeay─ Sudah, sudah, kembali ke judul.

Sekitar setengah jam lalu aku menemukan sebuah artikel yang berjudul "Mengapa Rasulullah Memelihara Kucing", dan dengan ketertarikan yang luar biasa aku langsung membacanya. Semakin ke bawah aku memutar scroll, aku semakin senang membacanya; rasanya seperti ada gas bahagia yang tiba-tiba meledak dan menyebar di seluruh lambungku, naik ke paru-paruku dan berhenti di otakku. Tahu kenapa? Yeah, artikel itu menceritakan tentang Rasulullah SAW yang sangat menyayangi kucing dan bagaimana Beliau memperlakukannya. Beliau bersabda bahwa kucing itu tidak najis; kucing adalah hewan yang suka berkeliling di rumah (hewan rumahan), dan kucing itu adalah perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis. Bahkan, Aisyah pernah melihat Rasulullah SAW berwudhu dari sisa jilatan kucing. We o we (wow)... Aku tertegun.

Saturday 27 July 2013

The Unpleasant Iftar

Hari ini jadwalnya Shiawase untuk buka puasa bersama. Oh iya, harap garis bawahi kalimat 'jadwalnya Shiawase untuk buka puasa bersama'. Jadi sudah seharusnya para anggota Shiawase itu datang. Tapi, kenyataannya..................

- aQoeh cii imOetZ
- Kak Wulan digit 2
- Indah Bele
- Ichszan Eank cLaLoe CaiiaNk KirOro
- Dallas
- Ery Gulla
(titik)

Noh, ada "titik"nya, jadi... itulah daftar orang-orang yang datang untuk bubar. Tiga orang pembina Shiawase (harap dicatet, pembina, bukan anggota), satu orang pengawal Indah, dan dua orang anggota Jeketi Forti Et Medan Fans Club.

Thursday 25 July 2013

Hard Dance

Assalamu'alaikum wr. wb.

Well, hari ini hari ke-16 bulan Ramadhan, jadi telah 16 hari umat muslim di sleuruh dunia berpuasa. Tapi aku belum sampai 16 hari, karena alasan keperempuanan, you know, jadi sudah beberapa hari ini aku harus meliburkan puasaku.

Liburan kali ini sangatlah terasa membosankan bagiku. Aku terkurung di rumah hampir setiap hari. Hanya satu hari; hari Senin di minggu kedua puasa itu saja aku dapat menginjakkan kakiku di lantai angkot untuk pergi latihan. Seharusnya kami latihan di hari Selasa dan Kamis, namun karena teman seperjuanganku tidak diperbolehkan untuk latihan, akhirnya latihan pun diundur diundur terus-terusan, sampai hari ini, hari Kamis; hari dimana kami seharusnya latihan.

'Mengapa tidak latihan sendiri saja?'
'Oh, God, no... Alu bukanlah tipe orang se-pede itu.'

Monday 1 July 2013

Welcome, July!

Welcome, Julyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!!

Ah, finally, my month of birth comes. Three days again, I have my birthday! Yeay and hooray~ ^-^

Well, walaupun aku yakin ulang tahunku tahun ini akan sama seperti tahun sebelumnya--without anything special like celebration or just a tart, tapi entah karena apa dan berasal darimana, aku merasa senang. Beneran. Serius. Suer tekewer-kewer. Aku senang! *ala Haruka JKT48*

Hal-hal yang sama yang akan terjadi tahun ini adalah:
♦ Ucapan selamat dari papah mamah (eleh, sok papah mamah, padahal omak bapak) dan--mungkin--adik.
♦ Ucapan selamat yang beratus-ratus dari teman-teman di fesbuk. Ada yang bilang "HBD", ada yang bilang "met ea", "Happy birthday!", "Selamat hari netas", "selamat ulang tahun", "happy bornday", "met milad", dan lain-lain.
♦ No celebration.
♦ No tart.
♦ No surprise.
♦ No bully.
♦ No gifts.
♦ No money.

Yeah. Betapa bahagianya, kan, hari ulang tahunku?

Namun, seperti yang aku bilang, seperti ada sesuatu yang membuatku senang pada bulan kelahiranku tahun ini, mungkin sesuatu itu malaikat, atau mungkin sesuatu itu rasa syukur, atau mungkin sesuatu itu akan ada hal membahagiakan yang akan terjadi, atau mungkin sesuatu itu Syahrini (loh?). The point is ureshii! I'm happy! ^^

(There was a photo here)

"Solely You"

Written on

Friday, 5 April 2013


Apa kamu pernah merasa begitu bersalah? Perasaan bersalah yang mengejar hingga kamu merasa tak akan pernah bisa memaafkan dirimu sendiri. Tapi cinta tidak begitu, kata orang-orang terdekatmu, juga kata sahabat terbaikmu.
Dan adakah yang tahu cara meredam rindu? Hingga rindu itu bisa tersimpan demikian rapi, tidak mengejarmu, tidak pula mengaduk-aduk isi hatimu? Andai ada yang tahu caranya, aku ingin sekali orang itu mengajariku…
(Solely You) 

3:07 AM

Written on

Sunday, 17 March 2013


"Mana remotnya, Kak?" Aku spontan menolehkan pandangan dari layar komputer. Ternyata mama bangun dari tidurnya. "Bawak sini dulu. Udah ketinggalan lah ini."

Aku mengernyit. Aku tau pasti ... mama bangun jam segini hanya untuk menonton bola. Dan aku juga tau pasti ... yang bertanding saat ini adalah Real Madrid.

Ternyata benar.

Real Madrid VS Manchester Real Mallorca.

Pastinya ada akang Ronaldo. Dan mama tak akan mau melewatkan pesonanya.

"Ya oloh, Mak... Mak...," kataku sambil geleng-geleng kepala.

"Gol!"Mama berteriak pelan. Dengan agak terkejut aku menoleh ke tipi. Mama menunjuk-nunjuk tipi, wajahnya sumringah dihiasi senyum lebar Pepsodent. "Liat tuh si Ronaldo yang gol-in! Dua-satu...!"

"Ya oloh, Mak... Itu ada cemilan." Aku menunjuk bungkus plastik yang berisi Choco Mania yang aku beli tadi. Aku kembali menonton drama.

"Gol!" Aku menoleh lagi ke tipi. Salah satu pemain Real Madrid yang rambutnya panjang dibelah tengah dan memakai ikat kepala putih sedang berlari merayakan gol yang baru saja dihasilkannya. Senyum mama semakin lebar. Tangan kirinya meninju-ninju udara. "Gol lagi! Biasanya dia suka pakek ikat kepala ini..."

"Gol lagiii!!!" Mama terlihat sangat bahagia. Tangannya semakin liar meninju-ninju udara. Sambil tertawa senang, ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk untuk lebih serius menonton.

"Gol-kan! Gol-kan! Aduh..."

"Yak, gol-kan!"
Hahaha... Dasar my beloved mamak... Kalo udah Mas Ronaldo aja baru mau nonton bola.

"Gol-kan! Gooollll!"

"Gol apanya, Mak?" tanyaku saat melihat adegan offside yang dibuat Mallorca.

"Eeee...." Mama mendengus.

A Very Bad Dream

Written on

Saturday, 16 March 2013


Last night I had a very bad dream. A very bad dream. A VERY BAD DREAM.

Di dalam mimpi itu aku divonis terkena penyakit mematikan, dan hidupku tinggal beberapa hari lagi. Penyakit sejenis spinocerebellar ataxia yang menyerang Kitou Aya sampai merenggut nyawanya. Tetapi penyakitku lebih ganas, karena saat dokter memvonisku, ia bilang bahwa hidupku tidak akan lama lagi, hanya tinggal beberapa hari tersisa. Berani-beraninya dokter itu mendahului Tuhan dengan meramalkan umurku. Kalau Aya melemah secara bertahap dan dalam waktu yang lama, penyakitku ini sama sekali tidak berbelas kasihan padaku untuk menikmati hidup lebih lama lagi, karena ketika saatnya tiba aku akan tiba-tiba melemah dan dalam beberapa menit aku akan mati. Mati...


Aku sangat ketakutan.


Menghadapi kematian bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih jika kita tahu kapan kita akan mati. Menghilangkan rasa takut dan menenangkan diri sendiri. Hanya dua hal itu yang dapat aku lakukan.


Takut akan dikubur, takut akan dosa yang sudah menumpuk, dan takut akan siksa neraka. Aku sangat takut. Beberapa hari tidaklah cukup untuk bertaubat mengurangi dosa.


Aku bingung kenapa aku bisa terkena penyakit itu. Tapi yah... Aya juga begitu. Dia tidak mengerti kenapa penyakit gila itu bisa hinggap padanya.


Suatu ketika, saat kematianku sudah semakin dekat, aku sedang bermain komputer. Tiba-tiba mama dan papa datang menghampiriku. Mama memelukku dan mencium pipiku. Aku tahu mereka ingin menemaniku. Lalu aku bertanya kepada papa, "Pa, berapa lama waktu pas dina kesakitan nanti?". Dan Papa menjawab, "lima menit..."


Hatiku seperti tertancap tombak saat mendengar dua kata itu. Kepalaku sepeti mau pecah. Aku benar-benar tidak ada harapan lagi. Aku akan mati sia-sia dan mendapat siksaan di neraka. Aku tidak punya waktu untuk memohon ampun kepada Allah. Aku menyesal. Aku sangat menyesal. Aku ingin menangis, aku ingin teriak, sesedu-sedunya, sekuat-kuatnya. Bahkan jika aku mati karena menangis dan teriak, aku akan lebih ikhlas.


Kemudian mataku terbuka. Aku terbangun.


Ternyata itu hanyalah mimpi buruk.


Mulutku terbuka, dan napasku saling memburu, menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk menenangkan paru-paruku. Dadaku sangat sesak. Tubuhku meriang. Aku merasakan keringat mengucur dari kulitku. Mimpi tadi masih tergambar jelas di benakku. Aku mulai sesenggukan, tapi aku mencoba menahannya. Aku membalikkan badan ke kanan, memeluk lutut, dan beristighfar berlang-berulang.


Ya Allah, terima kasih. Terima kasih masih memberiku waktu. Terima kasih.

Pilgubsu 2013

Written on

Thursday, 7 March 2013


Today was the election of Sumut's governor. And today was my first time being an elector. ^^

And today, also, I became one of the KPPS. Yeay!

Aku dan Papa berangkat-dengan telat-ke TPS 3 jam 7 kurang. Ternyata kami (tepatnya aku) sudah ditunggu-tunggu di sana. Huehehe...

Tidak banyak yang kulakukan di sana. Pertama, aku mengisi data di kertas suara.


Tidak banyak yang datang untuk memilih. Hour by hour, hanya satu-satu yang bermunculan. And all of them are Chinese. Yea, TPSnya di lingkungan orang Cina sih...

Lalu, aku membubuhkan tanda tangan (ceilah...) di data anggota KPPS.

Terus, aku kembali ke rumah untuk mengambil hekter yang disuruh Pak Pojik.

Kemudian, setelah data kertas suara selesai, aku duduk-duduk sambil mendengarkan musik. Sesekali aku mengurus tisu di tempat celup tinta (tisunya untuk mencegah tangan jari terlalu kotor).

Then, aku dan Pak Topek pergi ke TPS 10 (di depan rumahku) untuk menggunakan hak pilihku (asek asek). Saat di kotak TPU, aku bingung mau memilih siapa. Aku memperhatikan wajah kelima calon satu-persatu, mencari siapa yang tersenyum paling ikhlas. Akhirnya aku mencoblos pasangan handsome (GanTeng) nomor 5, di pecinya Pak Gatot. Aku sempat lupa untuk mencelup jariku ke tinta. Haha... padahal aku salah satu KPPS. Lalu aku pun kembali ke TPS-ku.

Tanda pertama. X)

And then, aku kembali duduk-duduk santai. "Makan lah, Din. Di sana nasiknya," kata om Agus. Aku melihat di meja makan masih ada bapak petugas lain, aku pun segan. Jadi aku menjawab, "Iya nanti, Om."

Beberapa lama kemudian, aku pun ke meja makan setelah melihat Pak Pojik sedang makan di sana. "Iya, makan duluan ya... Tadi sok-sok nggak mau makan..." Om Agus meledek. Aku pun nyengir. Nasi bungkusnya lumayan menggugah perut. Ayam dan telur bulat... slurp slurp~

Sehabis makan, aku kembali ke tempatku, bersantai ria. Sudah hampir jam 1. Sepertinya memang sedikit yang datang.

Penghitungan suara pun dimulai. Aku bertugas melipat kertas suara yang telah dihitung. Jumlah kertas suara yang ada 137, sah 133, batal 4 (karena pencoblosan ganda. kkkk~ nggak niat milih.) Suara paling banyak didapat oleh nomor 2, yaitu sebanyak 62. Nomor 1 sebanyak 28. Nomor 5 sebanyak 26. Nomor 4 sebanyak 17. Kasiannya, nomor 3 nggak ada yang milih. Pantes, dari tadi aku tidak mendengar Pak Poji mengucapkan "tiga".

Selesai penghitungan, kami pun beres-beres TPS. Lalu aku dan Pak Poji juga Fadlan si Pakpol cilik melesat ke kantor lurah. Di sana gajinya dibagiiiii! Hooray~~~

Dan tebak, aku dapat berapa? Kasih tau nggak yaaaa~ Uhmmm... Errr... Auwwwrrr.... Haha... Aku dapat Rp 210.000,-! Lumayan lah, eh udah mantap deng itu kalo dibandingkan dengan kerjaku yang santai. Huehehehe... XD Semoga pas Pilpres aku dipake lagi. Amin ya Robb. *sujud*


Haha... Mau kuhabiskan dimana ya uangnya? XD
PLAK! GEDEBUAGH! *nampar dan ninju muka sendiri* Noooo! Aku harus nabung! Ingat Dina Yoon, hutang kamyu masih bercecer dimana-mana di atas dunia.

Hah... Ya amplas... *mencair*

The Furthest Distance

Written on

Tuesday, 5 March 2013


“Aku selalu jatuh padamu berkali-kali, seperti ini.”


Kali ini. Lalu apakah aku harus jatuh lagi padamu seperti dulu saat setiap kita bertemu? Bertatap mata? Dan detak tak beraturan ini tak jua kamu menyadarinya. Bahkan tak pernah terdengar olehmu, bagaimanapun itu.

Hari ini, kamu, gadis hujan yang seharusnya telah lama pergi. Yang pernah paksa kuantarkan sendiri menuju luar pintu hati. Tapi ternyata kamu selama ini hanya berpindah duduk, setelah tak lagi di dalam kini kamu menunggu di depan pintu, mencari celah untuk masuk kembali. Dan aku tak pernah ingin berucap bahwa pintu ini telah tertutup untukmu. Tidak. Pintu ini memang tertutup, hanya saja tak pernah terkunci. Dan kamu lah yang selama ini menyembunyikan kuncinya dan selalu tahu bagaimana cara melangkah masuk dengan mudahnya.

“Jarak terjauh bukanlah antara bumi dan bulan atau di daratan yang terpisahkan oleh lautan. Melainkan di depan mata, bersisian, tetapi kehadiranku tak pernah kaurasakan.”

Noise of Rain

Written on

Tuesday, 5 March 2013


Aku kembali menoleh ke jendela belakang untuk kesekian kalinya.


Terang. Tidak ada air yang turun.

Aku melihat jendela di belakang meja komputer, memicingkan mata, fokus. Memang tidak ada air yang turun.

Tetapi mengapa ... aku mendengar suara hujan?

Apa karena aku minum kopi? Wak Gugel bilang minum kopi di saat stres dapat menyebabkan halusinasi. Tapi aku rasa aku tidak terlalu stres saat ini.

Lalu apa? Kenapa?

Hah~ I might be crazy.


(There was a photo here)

The First Performance

Written on

Monday, 4 March 2013


Hahaha... Memalukaannn!

Aku baru saja selesai menonton dua video penampilan pertama kami, SAE. Penampilan pertama kami itu di bulan Oktober. Kami tampil bersama JKT Fans Club Medan di Merdeka Walk. Kami melakukan dance cover, mereka melakukan wotagei.

Kalau ingatanku tidak salah, saat itu sekitar jam 9 malam. Seharusnya kami tampil lebih awal, tapi karena faktor hujan petir halilintar angin topan banjir tsunami cetar membahana badai yang sangat nyata kami terpaksa mengundur waktu. Kami tampil seadanya. Akibat hujan, lantai dansa pun menjadi becek nggak ada ojek. Oleh karena itttuuu kami harus bertelanjang kaki saat tampil, karena kami tidak ingin eksis untuk momen yang memalukan (baca: terpeleset dan jatuh). Dan akibat hujan juga, jumlah penonton pun seiprit. Yah... sudahlah. Apa boleh bewot. Kami juga merasa tidak enak dengan anak Jeketi, karena mereka berasumsi: "Pokoknya hari ini harus tampil, jadi nggak sia-sia."

Yosh, tidak ada kata menyerah dalam semangat Jepang. Pokok'e がんばって! *minum Mirai Ocha*

(Wah, sebenarnya sih aku mau upload videonya, tapi ... loading-nya ngajak berantem. Jadi yah ... kapan-kapan saja lah aku upload.)

Sooo, saat aku menonton video-video itu, aku seperti ingin menggigit keyboard komputerku. Kenapa? Ternyata it was sooo embarassing. XD Gerakan kami masih amburadul. Tidak ada power, masih lupa-lupa koreo, dan tanpa sepatu. Dan sebagai pelengkap kesempurnaan, ada seorang cleaning service MW yang dengan wolesnya mengepel mondar-mandir di depan kami. Jan*ok!

Soal gerakan, kami yang sekarang memang jauh lebih baik. Alhamdu ... lillah. Itu berkat rajin latihan, instropeksi, dan latihan fisik. =D

Well, aku jadi rindu untuk tampil kembali. I hope there will be jobs for us again asap, kalau bisa sih yang seperti di SaHIVa waktu itu. Haha.

SaHIVa...

Ya amplas... Galau lagi deh gue. =________=" *shakes head*

(There was a photo here)

(There was a photo here)

(There was a photo here)

(There was a photo here)

ONE OK ROCK - Clock Strikes Lyrics

Ah, I directly fell in love when I watched the PV. This song is sooo relaxing. I keep playing it till I write this post. ^^

Well, since there are not many posts about the lyrics yet, I guess I will do it, moreover I'm loving the song. I copied the lyrics from tumblr, with a bit correction by me.


Japanese: 

What waits for you

What’s breaking through
Nothing for good
You’re sure it’s true
永遠なんてないと言い切ってしまったら
あまりにも寂しくて切ないでしょう
誰もが本当は信じたいけど
裏切られれば深く傷ついてしまうもの
永久がある世界が理想ではなく
それを信じ続けている姿
それこそ僕らが望むべき世界
と気づくことができたなら
What will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

古、永遠なんてないと言い切る

そしたら希望や夢はいくつ死ぬだろう?
それが存在しないことの絶望
と存在することの残酷を
想像をしていて僕は少しまた
めくるページの手を止める
How will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

Keep it till the end

You can keep it till the end
And time will stay
Time goes by

You can keep it till the end




Romanization:  


What waits for you

What’s breaking through
Nothing for good
You’re sure it’s true
Eien nante naito iikitte shimattara
Amarinimo sabishikute setsunai deshou
Dare mo ga hontou wa shinjitai kedo
Uragirarere ba fukaku kizu tsuite shimau mono
Towa ga aru sekai ga risou dewa naku
Sore wo shinji tsuzuketeiru sugata
Sore koso bokura ga nozomu beki sekai
To kizuku koto ga dekita nara
What will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

Inishie eien nante nai to ikiru

Soshitara kibou ya yume wa ikutsu shinu darou?
Sorega sonzai shinai koto no zetsubou
To sonzai suru koto no zankoku wo
Souzou wo shite ite boku wa sukoshimata
Mekuru peji no te wo tomeru
How will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be afraid
You can keep it till the end

Keep it till the end

You can keep it till the end
And time will stay
Time goes by

You can keep it till the end




Translation: 


What waits for you

What’s breaking through
Nothing for good
You’re sure it’s true
If you say there is no forever
You would be lonely and in pain
Everyone actually wants to believe,
But betrayal may leave a deep wound
You keep on believing that
A world with forever is not a utopia
If we could realize that
This is the true world we wish for,
What will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be even
You can keep it till the end

If we keep saying that there is no forever

Then how many hopes and dreams would die?
Thinking about the despair if forever doesn’t exist
And how its existence is inhumane
Makes you stop the hand again at the turning page
How will we end?

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be even
You can keep it till the end

Believe the time is always forever

And I always be here
Believe it till the end
I won’t go away
And won’t say never
It doesn’t have to be even
You can keep it till the end

Keep it till the end

You can keep it till the end
And time will stay
Time goes by

You can keep it till the end 




(cr: ohtheskyisgreen.tumblr.com)

どうして?

Written on

Sunday, 24 February 2013




うして君を好きになってしまったんだろう?





Doushite Kimi o Suki ni Natte Shimattandarou?



Why did I fall in love with you?

(There was a photo here)

This Can't Be Happening

Written on

Sunday, 24 February 2013


"One time, when I was in a blind in a tree, waiting motionless for game to wander by, I dozed off and fell ten feet to the ground, landing on my back. It was if the impact had knocked every wisp of air from my lungs, and I lay there struggling to inhale, to exhale, to do anything. 

That’s how I feel now, trying to remember how to breathe, unable to speak, totally stunned as the name bounces around the inside of my skull. There must have been some mistake. This can’t be happening."
(Katniss Everdeen, The Hunger Games chapter 2)

I have no idea why I need to post this. Maybe because I just needed to pour out my feelings here since it's like no one wants to hear my mellow-drama story anymore.


I love the words. Especially "This can't be happening." It perfectly fits with what I am feeling right now. I awake with suffering all night long, thinking of him who doesn't even give a damn, who is liking another girl instead of me, feeling the beauty of romance and having fun.

Indeed.

This can't be happening.

If Only

Written on

Thursday, 21 February 2013


If only forgetting was an easy thing to do... I bet my life would be lighter to bear.

Aku seorang pelupa. Akhir-akhir ini aku juga tak mudah untuk mengingat. Tapi kenapa ... melupakan hal sepele seperti itu aku tak mampu? Otakku seakan kehilangan fungsinya untuk me-remove memori yang tak penting.

But I've been wondering.

Aku melihatnya menjalani hari-harinya seperti biasa, seperti tak pernah ada beban yang menempel di keningnya yang akan mengganggu pikirannya.

Jika memang semudah itu dalam melupakan... kenapa aku tak bisa?


(There was a photo here)

A Memo

Written on

Tuesday, 19 February 2013


"Dinaaa!"

Aku membuka mataku dengan terpaksa ketika mendengar suara papa (lagi). "Apa, Pa?"
"Nggak kuliah?"
"Dina masok siang..."
"Jam berapa masok siangnya?"
"Setengah sebelas..."
"Setengah sebelas. Ini udah jam 9!"
"Ya udah, kan lima belas menit lagi..."
"Kuliah aja pun ko malas kali, heran aku liatnya."
"Kok malas sih, Pa..." gumamku sambil membalikkan badan.

Beberapa menit aku menunggu sampai papa sudah keluar rumah. Aku kembali membuka mata, meraba-raba hape untuk melihat jam. 08.50. Aku pun bangkit dan beres-beres kamar. Mataku menangkap ada kertas putih di atas keyboard komputer. 'Mungkin untukku.'

"Pa!
Si Dina bangunkan.
1/2 sebelas masuk.
Nanti ngak sempat
naik angkotnya.
Soalnya mandi aja lama!
Trim ya pa."

Aku spontan tertawa.
Hahaha...
'Mak... Mak... Apanya sih yang lama dari mandi Dina?'

I Hate Being Around Them

Written on

Saturday, 16 February 2013


Even now ... joking is a daunting thing to me.

If I'm lucky, they laugh. If I'm not, they rampage.
Like the puppet controlled by the rope, I am no longer able to be me in behaving.
The boundary line for me is getting cramped.
If I'm still involved with the old line, I bet they would put me back into the enclosed person in her own world, that even her voice would be rarely heard.

My Phone, WTH are You Now?

Written on

Thursday, 7 February 2013


Great.


Really great.

Hapeku ilang. Sebenarnya bukan resmi hapeku sih, tapi hape itu salah satu hape papaku yang dijadikan sebagai cadangan, istilahnya "siapa yang mau pake, pake." Jadi orang yang terakhir pake itu aku, buat nyimpan SIM card-ku yang satu lagi.

Sialnya... I've lost it.

Tadi siang sekitar jam 2 lewat, aku bersiap-siap mau pergi ke sekolah, mau jumpa sama kak Wulan buat pergi ke Pajus. Seperti biasa aku selalu bawa dua hapeku, satu Nokia, satu Nexian. Nah, yang Nokia aku simpan di tas, yang Nexian-seingatku-aku simpan di kantong celana. Aku turun (kamarku ada di lantai atas) dan make sepatu. Aku nggak ingat deng apa aku megang yang Nexian sampe aku turun ke bawah atau Nexiannya udah aku simpan di kantong. Terus, aku keluar. Aku nyetop angkot lalu duduk di dekat pintu. Nggak berapa lama angkotnya jalan, di depan sekolah Sutomo angkotnya berhenti, terus ada kakek-kakek bawa kantong plastik kresek naik dan duduk di sebelahku. Di simpang jl. Merbabu, kakek-kakek itu mau buang ludah ke pintu, jadi aku mundurin badan. Sampe di sekolah, aku duduk di ruang tamu. Pas mau ngeluarin hape buat nanya kak Wulan udah dimana, aku nggak nemuin hapeku di kantong. Aku periksa di kantong lain, tetap nggak ada. Aku periksa di tas, nggak ada juga. Mau miskol, tapi hape Nokia nggak ada pulsanya. Aku coba ngingat-ngingat, siapa tau ketinggalan di rumah pas aku lagi pake sepatu. Mau nelpon adik yang lagi di rumah, ugh, nggak ada pulsa. Akhirnya aku mutusin buat nunggu kak Wulan. Beberapa menit kemudian kak Wulan datang, aku pinjam hapenya buat miskol hapeku. Aktif, tapi nggak diangkat. Ditelpon beberapa kali, tetap nggak diangkat. Aku pun nelpon adikku. But what the hell is she doing?! 18 kali nelpon nggak diangkat-angkat. Hah.. mungkin dia tidur.

Masih dengan kebingungan mikirin hape dimana, kami pun berangkat ke Pajus. "Cobak carik dulu di rumah, mungkin memang ketinggalan," said Kak Wulan. Alright, semoga.

Di depan Cathay, aku ngisi pulsa.

Jam 5 sore, sekeluar dari Pajus, di Ayam Penyet Jakarta, aku kembali nelpon adikku. Setelah 2 kali percobaan, barulah muncul suara "halo".

"Pan,"
"Apa?"
"Cobak dulu liat hape kakak ada tinggal nggak?"
"Hape yang mana?"
"Yang Nexian..."
"Dimana?"
"Di dekat tudung saji, di meja bawah. Cobak liat dulu,"
"Iya bentar," (ngecek)
"..."
"..."
"Ada?"
"Nggak ada..."
"Di atas?"
"Ntar,"
"..."
"Nggak ada jugak,"
"Lho jadi dimana... Cobak miskol dulu dari hapemu, ada nggak. Begetar kakak bikin,"
"Iya iya..."

"Gimana? Ada?" tanya kak Wulan sambil nyobelin ayam.
"Nggak ada kak..."
"Wayo... gimana itu..."

Di angkot (dalam perjalanan pulang), hape Nexian tak seberapa itu terus nyembul di pikiranku, bolak-balik kayak model yang lagi catwalk. Sambil masang ekspresi layaknya di video klip lagu galau, aku berdoa semoga hapenya ada di rumah.

Sampe di rumah, aku langsung nyari ke meja tudung saji, dan... yeah, ternyata adikku nggak nipu, bangkai hapenya memang nggak ada. Aku pun sekali lagi ngerogoh tasku, berharap hapenya tiba-tiba ada ntah gimana caranya. Ternyata dunia ini memang masih normal, dan hapenya memang nggak ada di tas. Aku pun naik ke kamar, usaha menggrepe-grepe tas-tasku yang lain, ternyata nggak ada. Aku pun ngecek ke meja komputer (adikku lagi main komputer), nggak ada juga. Aku langsung nanya ke adikku, "Tadi waktu ko miskol, aktif?" Dengan wolesnya dia jawab, "Nggak tau, orang Pani nggak ada pulsa kok."Teffel... Teffel... dalam hatiku.

Oh goatttttt! Where on earth my beloved hape gonnnneeeeee!!!

Kadar semangatku langsung turun drastis. I'm down.

Aku sama sekali nggak rela hape itu ilang... Alasannya, pertama, aku takut kena marah. Kalo aku bilang ke mama, pasti kalimat yang akan meluncur adalah "Makanya, jangan sukak kali narok hape sembarangan, di kantong pulak lagi! Udah berapa kali mamak bilang! Sekarang baru tau rasa kan! Hape itu jangan dipegang-pegang kalok lagi jalan! Bla bla bla bla bla......" Mama bakalan merepet sampe ngancurin semangat hidupku, tapi tanpa bisa ngebantu apapun. Kalo aku bilang ke papa, kalimat yang keluar bukan berupa repetan penghancur semangat hidup, tapi pendongkrak denyutan jantung yang buat sesak, seperti "Wah, hebat kali kelen ah. Ilang semua hape kelen buat, kayak murah kali dibelik. Nggak tau lagi aku bisa belik hape lagi atau enggak."

Kedua, kartu XL-nya... Banyak nomor hape yang masih belum aku salin ke kartu As-ku. Okai, mungkin nomor bisa diurus di XL Center. Tapi... SMS-SMS yang aku save di SIM memory ... berharga sekali nilainya....

Ketiga, 3 biji SMS dari 'dia' yang masih kusimpan, dan aku lupa apa aku udah mindahin SMSnya ke memori SIM apa masih di memori telepon. Ah, udah dipindahin juga nggak ada gunanya, toh kartunya ilang. Ya Tuhan... 3 SMS itu adalah SMS-SMS terakhir yang dia kirim ke aku.

Keempat, aku memang nggak rela kalo barang yang udah dekat sama aku itu ilang dariku. Siapa sih yang rela barangnya ilang? Ralat, siapa sih yang mau barangnya ilang?

Ya Allah... Apa ini salah satu hukuman atas dosa Dina yang udah numpuk kayak sampah tisu Dina?

Hah... Semoga aku bisa dapat hape yang sama buat nutupin. Malah lagi sasek...