Friday 29 November 2013

The Dearest Friend, Irsan Hyuga

Hi!

Sekarang aku mau curhat tentang mimpi aku tadi malam, eh, tadi pagi, eh, apa tadi malam ya lebih tepatnya...? Ah ya sudahlah, pokoknya mimpi sebelum aku bangun hari ini.

Kalian tau... aku lagi rindu sama salah seorang temenku. Temen dulu, pas masih SMK.

Rindu? Jumpain dong...
Udah nggak bisa jumpa lagi...
Kenapa?
Dia udah nggak ada wujudnya.
Maksudnya?

Yeah... Temenku itu udah dipanggil duluan oleh Yang Maha Memiliki. Dia udah pergi, ninggalin dunia ini, selama-lamanya. 

Namanya Irsan, nama lengkapnya Irsan Sabaruddin Limbong, nama fesbuknya Irsan Hyuga. Orangnya item, pake kacamata yang kacanya bisa lepas kalo kena bentur (tapi ajaibnya bisa dipasang lagi), idungnya condong ke pesek, bibirnya tebel setebel alisnya, matanya terkesan sipit, bagian atas idungnya putih karena nggak pernah ngelepas kacamata kecuali lagi berhubungan sama air, rambutnya item dengan model ikal pendek yang dibiarin tumbuh seadanya, badannya kira-kira setinggi aku (eh, lupa deng aku dia seberapa tinggi dulu, mungkin kalau dia masih ada pasti bakalan jadi lebih tinggi) dan montok, haha... nggak kurus, nggak gemuk.

Thursday 28 November 2013

Jangan Larang Aku

Untuk kamu, yang tak lagi menginginkan keberadaanku.

Jika aku memang terkesan bodoh, biarkan aku tetap menjadi bodoh sampai aku lelah dan tersadar.

Setidaknya, jangan larang aku.

Jangan larang aku untuk tetap seperti ini;

mencintaimu,
merindukanmu,
mendambakanmu,
menantimu, dan
mengingatmu,

sampai tiba saatnya nanti, ketika hatiku tak lagi menginginkanmu, ketika otakku tak lagi terpikir akanmu.


Tuesday 26 November 2013

Kehilangan

Ketika kehilangan itu menjadi sebuah hal mutlak, setiap kenangan dan harapan pun hanya menjadi pelengkap: pelengkap derita dalam rasa.

Kehilangan.

Siapa manusia yang tak pernah mengalaminya?

Aku pernah, tentu saja. Berkali-kali, bahkan.

Kehilangan hape, kehilangan uang (baru saja kualami), kehilangan pacar, kehilangan sahabat, kehilangan rasa, kehilangan kucing, kehilangan makanan, kehilangan pegangan, kehilangan percaya diri, kehilangan jati diri, kehilangan flashdisk (terjadi dua kali, sialnya), kehilangan data, kehilangan pulsa, kehilangan SIM Card, kehilangan buku (eh, pernah tidak ya...), kehilangan headset--milik temanku, kehilangan arah (nyasar), kehilangan ikat rambut yang sangat kusayangi (susah untuk mendapatkan ikat rambut model begitu), kehilangan gebetan, kehilangan teman, kehilangan partners, kehilangan kepercayaan, kehilangan kasih sayang, dan kehilangan-kehilangan tragis dan menyedihkan lainnya yang aku lupa dan tidak dapat kuingat.

Kamu pasti juga pernah kehilangan hal-hal seperti itu, kan?

Sakit, bukan?

Saturday 23 November 2013

Itching Bumps

Hi, Ladies and Gentlemen.

I would like to show off something. On my arm. Right arm. Three small bumps have been peeping out on it, and also reddening. I didn't know what caused it. Bugs, perhaps?

Ugh, the bottom line is, it's itchiiinnnggggggg!

(There was a photo here)


P.S.:
Hahaha... What an unimportant post.

Friday 22 November 2013

A Hug That Was Never Conveyed

Kita berjumpa kembali.

Kamu, seperti biasa, tak menyadari atau bahkan tak peduli.
Aku, seperti biasa, gelisah, menyembunyikan rasa di balik wajah. Lalu satu persatu pijakanku meruntuh, meluruh, menenggelamkan ke dalam ruang hampa yang tak berasa. Berjarak, sangat jauh, tak lagi tersentuh.

Tak bisakah aku memelukmu, sekali saja?
Hanya agar kau tahu bagaimana berantakannya detak jantungku setiap kita bertemu.

Seperti biasa, Kita akan terus seperti ini.
Tapi mungkin hanya aku saja yang seperti ini tanpa pernah akan kau sadari.

Aren't I?






Aku perempuan bodoh, ya, Sayang?






Tuesday 19 November 2013

Saw You, Again

Hi, Sayang. Bagaimana harimu hari ini? Menyenangkankah?

Alhamdulillah, hari ini aku bisa kembali melihatmu.

Apakah kau sadar, Sayang, kita sudah dua minggu tidak bertemu? Apakah kau juga merasakan waktu begitu cepat berlalu seperti aku merasakannya? Dan apakah kau masih ingat bahwa kau melihatku sedang berdiri di depan kelasmu saat terakhir kita bertemu? Ya, aku tahu, Sayang, kau tidak mau menemuiku saat itu.

Jadi, semenjak saat itu, semenjak kau mengeluhkan keagresifanku, aku telah memutuskan untuk tidak lagi menemuimu. Aku tidak akan mendekati sosokmu, aku tidak akan berbicara padamu, dan aku tidak akan memaksamu untuk berbicara padaku. Seperti maumu, Sayang. Seperti maumu. Namun, jangan kira karena aku berhenti menemuimu lagi, aku juga akan berhenti melihat dirimu. Tolong jangan keluhkan itu, Sayang, karena itu adalah hakku. Aku berhak untuk melihat siapapun yang ingin kulihat, karena kedua mata ini adalah milikku. Bukan begitu, Sayang?

Sunday 17 November 2013

That's Me, Yeah

'Sampek jam dua aja lah,'
itulah batinku saat sedang bersiap-siap untuk duduk di depan komputer; online.

Tapi, itulah aku.

Sekarang bacaan di sudut kanan bawah layar komputerku menunjukkan 4:13 AM. Berarti, sudah lebih dari 4 jam waktu berlalu. Dan aku masih duduk di depan komputer--dengan kaki kiri terangkat di atas bangku--dengan setia.

Itulah aku. Layaknya orang Indonesia pada umumnya, selalu menggunakan sistem jam karet.

Hei, aku mendengar lantunan orang mengaji.

Friday 15 November 2013

Raffi Ahmad

YKS...

Gila.

Benar-benar gila.

Yuk Keep Smile.
Itu acara... judulnya memang bisa dipertanggungjawabkan.

Malam ini aku sukses dibuat 'mati ketawa' oleh mereka. Untunglah aku tidak melewati episode malam ini, padahal aku sudah sangat jarang menonton acara favoritku itu karena aku lebih tergoda akan internet. Entah kenapa, sekitar jam 9 tadi aku berpaling dari acara menonton Crazy Little Thing Called Love di komputer dengan adikku, lalu aku duduk di depan TV untuk menyaksikan Wendi cs. Oh, mungkin aku tertarik karena mendengar mereka berbicara tentang jujur atau nggak jujur. Ternyata yang sedang main di segmen itu adalah Olga, Raffi dan Kiwil. Mereka disuruh untuk bercerita, lalu seseorang yang tidak kuketahui siapa (karna nggak nonton dari awal) menyatakan apakah mereka jujur atau tidak. Mungkin orang itu bisa melihat kejujuran seseorang.

Wednesday 13 November 2013

Temodemo no Gifuto

Hi! Aku sedang makan sore, nih: sup jagung buatan mamaku. Supnya masih panas, jadi belum ada satupun jagungnya yang masuk ke mulutku.

Sedari tadi, sejak aku melihat status salah satu teman fesbuk-ku, pikiranku tertuju pada satu hal.

JKT48 telah membuka audisi generasi ketiga.

Dan tinggal lah aku di sini, bersama bayangan kelam yang menutupi mimpiku dengan sempurna.

Aku sudah kadaluarsa. Ex-pir-ed. Ya, umurku sudah melampaui batas. Aku 19 tahun, tapi JOT hanya membutuhkan gadis-gadis yang berumur tidak lebih dari 18 tahun. Ssakkit... T_T  Tapi ya sudahlah, aku tak boleh mengeluh karena itu. Mungkin aku memang tidak digariskan untuk menikmati kerasnya kehidupan idol JKT48.

Saturday 9 November 2013

Karma Does Exist

Aku tertohok.

Aku kaku.

Aku kehilangan pondasi.

Karma telah menunjukkan kekuatan dan keangkuhannya sekali lagi...

...PADAKU.

Benar kata Mama, "kita tidak boleh terlalu benci terhadap sesuatu". Sesuatu yang berlebihan itu selalu tidak baik. Kita memang berhak untuk mempunyai rasa tidak suka terhadap sesuatu, namun jangan 'keterlaluan'. Karena karma tidak berada di pihak yang 'keterlaluan', karena dia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan. Dan pada akhirnya kita akan berakhir di keadaan yang sebaliknya.

Benci >< Suka

Wednesday 6 November 2013

"Senpai..."

Malam itu aku sedang duduk di depan meja belajarku, berkutat dengan sebuah tugas berlembar-lembar pemberian dosen favoritku. Otakku tidak sepenuhnya fokus ke tugas itu, sebenarnya, walaupun aku tetap lancar mengerjakannya. Sedari tadi aku menulis kata demi kata jawaban dari soal-soalnya, suara-suara manusia terus menggema di kepalaku.

Suara orang-orang yang kukenal.

Dimulai dari beberapa percakapan yang telah aku alami bersama, candaan mereka, ekspresi mereka saat tertawa, sampai panggilan mereka terhadapku.

"Senpai,"

"Senpai..."

Sunday 3 November 2013

"Sorry"

Akhir-akhir ini, aku sering sekali mengucapkan kata maaf. Entahlah, satu kata itu dengan mudahnya keluar dari mulutku. Padahal aku bukanlah tipe orang yang akan merendahkan gengsi untuk melakukan suatu hal yang disebut "meminta maaf"; sampai salahku benar-benar membahayakan, barulah aku akan melakukannya.

Kalian tahu, maaf itu bukan sebuah hal yang ringan untuk diungkapkan. Bukan sebuah hal yang tidak berkelas untuk dilakukan. Bukan juga sebuah hal yang mudah untuk diterima. Jadi kenapa harus meminta maaf jika kita merasa bahwa kita tidak salah atau kita tidak merasa bahwa kita salah?

Orang bijak bilang, "mengalahlah demi kebaikan, minta maaflah untuk kedamaian".

Aku tak pernah bisa terima kata-kata itu sampai sekarang. Kita tidak salah. Kita benar. Seharusnya yang salah lah yang melakukannya. Jika yang salah itu enggan, ya sudah, tak usah dilakukan, jadi tidak ada yang perlu meminta maaf.

The Horrifying Challenge

Aaaaaaarrrrrrrrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!

Die meeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!!

Matilah akuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!

Oh, Tuhan...
Ya, Allah...
My Rabb...

Aku bisa gila...

Hari ini (atau tepatnya tadi malam) aku kalah dalam sebuah permainan. Permainan menyanyikan lagu dengan kata paling akhir yang telah dinyanyikan oleh orang sebelumnya, pendeknya, sambung-sambungan lagu. Nah, siapa yang tidak bisa menyambung, akan diberi tantangan yang wajib dilakukan, tapi kalau tantangannya tidak berhasil, harus mentraktir 4 orang masing-masing 1 porsi Oriental Bento-nya KFC. Dan aku, si oon yang tidak pintar ini, adalah orang pertama yang tidak bisa menyambung.