Wednesday 6 November 2013

"Senpai..."

Malam itu aku sedang duduk di depan meja belajarku, berkutat dengan sebuah tugas berlembar-lembar pemberian dosen favoritku. Otakku tidak sepenuhnya fokus ke tugas itu, sebenarnya, walaupun aku tetap lancar mengerjakannya. Sedari tadi aku menulis kata demi kata jawaban dari soal-soalnya, suara-suara manusia terus menggema di kepalaku.

Suara orang-orang yang kukenal.

Dimulai dari beberapa percakapan yang telah aku alami bersama, candaan mereka, ekspresi mereka saat tertawa, sampai panggilan mereka terhadapku.

"Senpai,"

"Senpai..."



Tanganku berhenti menulis. Aku menunggu.

"Senpai!"

Aku mengalihkan pandanganku dari kertas, menatap deretan buku yang berdiri di atas meja belajarku. Aku menunggu lagi.

Percakapan-percakapan kami terdengar lagi.

Aku melanjutkan kegiatanku.

"Senpai,"

Aku tidak menghiraukannya.

"Senpai..."

Aku terus mencoba tidak menghiraukannya.

"Senpai!"

Jangan hiraukan. Fokus.

"Senpai," "Senpai..." "Senpai!"

Aku berhenti menulis lagi. Suara mereka tetap bergema, berulang-ulang.

Apa yang terjadi?

Apa mereka terpikir akanku?
Tidak mungkin.

Selama beberapa saat aku mendiamkan tugasku. Pikiranku kuarahkan ke mereka.

Dan percakapan kami serta wajah dan suara mereka kembali terproyeksi.

"Senpai..."

Ya, ada apa? Nanti aja ya manggilnya... Senpai lagi ngerjain tugas.

3 comments:

  1. yang manggil itu; dia atau mereka?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mereka... hehehe. Iya memang absurd semua post-an di sini.

      Delete