Friday 27 November 2015

Kau dan Alasanmu


Kau... Apakah kau tahu?

Apakah kau tahu bagaimana perasaanku saat akhirnya aku dapat melihatmu lagi setelah beberapa waktu? Kau berjalan melewatiku, tanpa pandangan, tanpa sapaan. Seperti biasa. Ya, seperti biasa. Memang hanya aku yang merasakan betapa lamanya waktu berjalan saat kehilanganmu, dan memang hanya aku yang masih penasaran akan kehidupanmu.

Apakah kau tahu seberapa mengertinya aku akanmu, sehingga aku mencegah diriku sekeras mungkin agar aku tak berharap sedikitpun bahwa setidaknya kau akan memandangku saat kau melihatku? Aku tahu hal itu tak akan terjadi bahkan sampai buah durian kehilangan duri.

Apakah kau tahu apa yang kulakukan setelah pertemuan kita yang tak kuharapkan itu? Aku mencari tahu apa arti debaran di jantungku saat mataku menangkap sosokmu yang sedang berdiri di sekitarku, padahal rasa kesal yang besar juga sedang mengitari kepalaku karena melihatmu.


Aku membencimu, kau tahu. Dan aku sudah mengatakannya padamu berkali-kali.

Temanku menyuruhku berhenti berurusan denganmu setelah aku menanyakannya tentang kebingunganku akan perasaan macam apa yang sedang berdiam dalam hatiku sebelum waktu aku melihatmu. Dia mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi menyukaimu, karena itu dia memintaku untuk menganggapmu sebagai adik laki-lakiku yang menggemaskan.

Kau tahu betapa leganya saluran napasku setelah dia mengatakan itu? Pada akhirnya aku bisa membuktikan bahwa seorang cancer tidaklah sesetia itu.

Namun pertemuan itu kembali membuatku kehilangan kendali.

Debaran jenis apa yang dirasakan seseorang yang tak lagi merasakan cinta?

Haruskah aku bertanya lagi pada temanku, mengkritiknya bahwa dia memberikan hasil analisa yang salah tentang perasaanku padamu, dan memaksanya untuk membawaku ke seorang psikiater hebat yang tak akan salah dalam memberikan pernyataan atau ke seorang dukun hebat yang akan menyuruhku berhenti untuk menulis segala keluh kesah dan aibku di blog?

Kau...

Aku membutuhkanmu.

Tidak bisakah... setidaknya... kau memberiku penjelasan...? Paling tidak satu paragraf. Atau kalimat panjang dalam satu tarikan napas. Aku... hanya ingin tahu apa yang terjadi pada hatimu, pada perasaanmu. Aku ingin tahu alasanmu.

Mengapa kau bertanya tentang tanggal lahirku, jika ternyata pada akhirnya kau menganggapku tak pernah ada? Mengapa kau mengajakku berjalan dalam janjimu, jika ternyata pada akhirnya kau lah yang membuatku tersesat? Mengapa kau membiarkanku mengejarmu, jika ternyata pada akhirnya kau berlari semakin jauh?

Aku hanya ingin menghapus tanda tanyaku tentangmu yang terasa berat untuk terus kupikul. Hanya itu.

Kau...

...dan alasanmu.

No comments:

Post a Comment