Wednesday 18 May 2016

To My Boy-friend: Kita Berteman, Bukan?


Hi, Bro. Boy-friend-ku. Temenku yang berorientasi laki-laki.

Kita berteman, bukan?

Aku perempuan (selama kau menganggapku begitu), kau laki-laki. Aku single, kau tidak ada yang memiliki. Aku manusia, kau orang. Normal, kan? Tidak ada yang salah, kan?

Aku kesepian, kau menemani. Aku bosan, kau membawaku pergi. Aku suram, kau mewarnai. Normal, kan? Tidak ada yang salah, kan?

Aku punya teman, kau juga punya teman. Temanku mengenalmu, temanmu mengenalku. Temanku temanmu, temanmu pun juga temanku. Normal, kan? Tidak ada yang salah, kan?

Lalu mengapa kau bersikap seolah aku bukan temanmu?


Kau memperlakukanku berbeda dari yang lain: tidak ada yang boleh tahu bahwa kita jalan berdua, tidak memperbolehkan aku mengunggah foto-foto yang kita ambil saat kita jalan berdua.

Tidak ada kah sekalipun terbesit di pikiranmu untuk menceritakan tentang kita kepada mereka, teman-teman kita? Bahwa kita pernah menghabiskan waktu berdua, bercerita dengan canda dan tawa, saling merasa dan berbagi kenyamanan tanpa ada rasa lebih yang mengitari kita? Bahwa kita juga manusia, seorang wanita dan pria yang sedang tidak terikat dalam hubungan spesial dengan siapapun, yang berhak untuk berteman dengan siapapun dan dalam situasi apapun yang kita mau?

Kita berteman, bukan?

Bukannya aku tidak berpikir jauh ke dalam atau ke depan tentang keadaan bahwa aku adalah orang yang disuka oleh temanmu yang juga adalah temanku; tentang apa yang akan teman-teman kita yang lain pikirkan tentangku, tentangmu, dan tentang kita; dan tentang konsekuensi akan keakraban pertemanan kita semua.
Aku hanya ingin berteman denganmu…

… dengan normal.

Dimana kau tidak membedakan sikapmu denganku dan yang lain. Dimana kau memperbolehkan aku mengunggah foto kita di social media. Dimana kau dengan entengnya menceritakan perjalanan saat kita jalan berdua.

Dengan begitu, hidupku pasti akan terasa lebih ringan. Karena kita tidak harus menyembunyikan sesuatu yang menyakitkanku.

Hei… Bro… Boy-friend-ku.

Seandainya kau membaca ini, bersediakah kau menghubungiku untuk membicarakan tentang… mungkin… alasan dari sikapmu? Setidaknya, redakanlah perasaan sakitku.

Karena…

Kita berteman, bukan?



No comments:

Post a Comment