Saturday 5 July 2014

Once Upon A Time at the Mosque

Kiamat sudah semakin dekat. Semakin hari, pengaruh setan menjadi semakin kuat secara nyata; buktinya telah aku saksikan sendiri.

Kemarin malam, di Masjid Al-Hikmah, sebuah masjid di dekat rumahku, saat aku, Mama dan para jamaah lainnya sedang melakukan salat sunah Tarawih (setelah menyelesaikan raka'at ke 18), salah seorang wanita paruh baya tiba-tiba berseru; nada tidak senang terdengar jelas di suaranya, "ngantoookkk". Seketika itu juga mata para jamaah lainnya, termasuk aku, menoleh ke arah sang suara. Aku tidak tahu sosok yang mana yang baru saja mengatakan itu, selain karena faktor mataku yang rabun, wanita itu juga sepertinya tertutupi oleh jamaah-jamaah lainnya. "Panjang-panjang kali pun ayatnya, sampek ngantok orang," serunya lagi.

Aku terkejut mendengarnya. Hatiku mencelos. Aku merasakan seperti ada sesuatu yang tiba-tiba meninju ulu hatiku.



Beberapa jamaah tertawa. 'Apa yang lucu?' batinku. Tidak ada hal yang selucu itu untuk bisa ditertawakan.

Salat dilanjutkan. Setelah rakaat Tarawih diselesaikan, wanita itu kembali bersuara. "Ngantok, oooiii. Orang tua semua di sini, capek." Ia semakin meninggikan suaranya saat ia menyadari bahwa ia berhasil mengumpulkan perhatian. Kemudian Ia mengoar lebih banyak. Suara-suara 'ssshhh' pun muncul saling bersahutan.
Aku berusaha mencari sosoknya, namun mataku tak mampu untuk menangkap dengan jelas.
"Sabar, Buk, sabar..." Seorang jamaah wanita di barisan depan berusaha menenangkan.
"Kalok nggak mau nggak usah teraweh," kata seorang jamaah lelaki di depan kain pembatas.
"Memangnya Ibuk nggak mau yang panjang-panjang?" kata seorang lelaki yang lain.
Dan para jamaah pun kembali tertawa. Namun di antara mereka yang tertawa, aku melihat ada beberapa orang yang terlihat tidak senang akan sikap wanita itu.

Aku tidak dapat berkonsentrasi saat Witir. Pikiranku terus tertuju pada sikap wanita itu. Semakin aku berusaha tidak memikirkan, hatiku semakin terluka. Entahlah, aku tidak tahu mengapa kata-kata wanita itu menjadi semenyakitkan ini bagiku, padahal kata-kata itu jelas bukan ditujukan untukku. Aku hanya... seperti dapat merasakan apa yang imam kami rasakan saat mendengar wanita itu. Aku seperti mengerti bagaimana sakitnya ia menelannya, walaupun belum tentu sang imam mengambil hati. Imam itu hanya melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai orang yang memimpin jalannya salat, berusaha mengumpulkan pahala untuknya dan para makmumnya, mencoba membimbing kami untuk lebih khusyuk saat menghadap Allah. Namun ternyata, masih ada yang memberontak untuk diajak menuju kebaikan, bahkan di bulan suci yang hanya muncul setahun sekali seperti ini.

Air mataku jatuh.

Aku benar-benar gagal berkonsentrasi. Apa yang diperbuat wanita itu berhasil membuatku kembali merasa hina di hadapan Tuhanku. Sungguh, masih sangat banyak manusia yang tidak pernah menghargai kasih sayang yang diberikan Tuhan pada mereka.

Aku tidak habis pikir, aku yang bejat ini saja sama sekali tidak merasa bahwa salat Tarawih 20 rakaat itu hal yang berat. Aku tahu umurku memang jauh di bawah umur wanita itu, jadi ragaku pasti lebih kuat. Tapi umur tidak bisa dijadikan alibi untuk mengeluh akan banyaknya rakaat dalam salat. Toh, gerakan salat membuat sehat, kan? Masalah ayat-ayat yang panjang? Seharusnya ayat yang panjang dapat dijadikan alternatif untuk menambahkan ketenangan dalam salat. Walaupun mungkin hanya imam yang hapal akan surah-surah yang dibacanya, seharusnya resapi saja setiap ayat yang didengar.

Sehabis salat, aku melihat wanita itu mendapat teguran dari jamaah pria.

Memang, salat bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Perlu hati yang tenang, bersih, dan ikhlas; yang melakukan salat hanya untuk mendapat ridha Allah semata.

Dan semoga kelak aku akan memiliki hati yang sempurna seperti itu.

"Ya Allah, ampuni kami, ampuni kami, ampuni kami, hamba-hamba-Mu yang hina ini, yang sering mengeluh akan setiap hal yang kami rasa susah, yang tidak pernah bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan, yang selalu merasa kurang. Kami mohon, ya Allah, bersihkanlah hati dan pikiran kami dari sifat-sifat yang merugikan kami, dari perilaku-perilaku yang menjauhkan ridha-Mu, dari yang dapat menimbulkan murka-Mu. Aamin, allahumma aamin."

No comments:

Post a Comment