Hi, malam ketiga sebelum lebaran.
Aku minta izin untuk menggalaukan diri.
Sembari terdengarkan akan lantunan ayat Qur-an dari masjid, otak dan hatiku bertarung keras, mendebatkan satu hal yang baru saja berhasil menjadi pikiran tambahan baru bagiku.
Tanggal 9 September 2016, film "Warkop Reborn" akan segera tayang di bioskop. Mengingat bahwa dia sangat menantikan film itu, Crusher-ku itu... Apakah dia sudah tahu tentang ini?
Dia bilang padaku bahwa dia akan menunggu film itu saja saat aku mengajaknya untuk menonton film di bioskop waktu itu; sekitar sebulan lalu. Seberapa gencar pun aku menyebutkan daftar film-film yang sedang tayang saat itu, dia malah mengajakku untuk menonton film lama di laptop. "Ya udah, kita tunggu aja pilem itu, ya. Pokoknya Senpai harus nepatin janji buat ngajak kamu nonton di bioskop." Kataku saat kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumahku di tengah malam itu.
Sunday, 3 July 2016
Friday, 17 June 2016
'Kumohon, Jangan Lagi'
“Sampai di sini saja?” Sakura bertanya dengan nada tak percaya saat Sasuke memberhentikan motornya di depan gang rumah Sakura. Sasuke menolehkan kepalanya ke belakang, memberikan pandangan yang menyiratkan jawaban ‘ya’ pada Sakura. Sembari menghindari tatapan Sasuke, Sakura bertanya lagi, “Kau menurunkan anak gadis di sini? Tidak sampai ke depan rumah?”
“Masuk ke dalam
lagi?” tanya Sasuke—Sakura dapat menangkap nada berontak dari suaranya. Tanpa
menunggu jawaban dari Sakura, Sasuke kembali melajukan motornya memasuki gang
menuju rumah Sakura.
Sakura bukannya sedang bersikap manja atau malas. Dia hanya ingin melihat bagaimana sikap Sasuke terhadapnya, salah satunya dalam hal seperti ini. Dia ingin tahu apakah di balik sikapnya yang dingin menyakitkan, Sasuke akan tetap menganggap dan memperlakukannya sebagai wanita yang pada dasarnya lumrah untuk di’manja’. Seingat Sakura, di antara jumlah berapa kali Sasuke mengantarnya pulang ke rumah, hanya satu atau dua kali Sasuke mengantarnya sampai ke depan pintu dengan ikhlas—tanpa ada suruhan ataupun keluhan.
Wednesday, 18 May 2016
To My Boy-friend: Kita Berteman, Bukan?
Hi, Bro. Boy-friend-ku. Temenku yang berorientasi
laki-laki.
Kita berteman, bukan?
Aku perempuan (selama kau menganggapku begitu), kau
laki-laki. Aku single, kau tidak ada
yang memiliki. Aku manusia, kau orang. Normal, kan? Tidak ada yang salah, kan?
Aku kesepian, kau menemani. Aku bosan, kau membawaku pergi.
Aku suram, kau mewarnai. Normal, kan? Tidak ada yang salah, kan?
Aku punya teman, kau juga punya teman. Temanku mengenalmu,
temanmu mengenalku. Temanku temanmu, temanmu pun juga temanku. Normal, kan?
Tidak ada yang salah, kan?
Lalu mengapa kau bersikap seolah aku bukan temanmu?
Tuesday, 16 February 2016
Unforeseen Strength
That was dark. Very dark fettle.
I wasn't able to get standing on my own foot, or even my with my consciousness.
There were no peps to be rigged out, neither my brain nor my soul.
But then I felt a light came across my vision.
Dangled like a tail, bunch of strength streaked to my bosom.
Splinters the mirk gloom till it became a vivid glow.
I felt like some fingers were holding mine.
Soft ones, clement ones.
Pulse of life was precisely transferred.
I could catch a line of smile, too, that was short in time, but long in savor.
An overpower smile which was never discarded by my memory.
Which I hadn't been beheld protractedly.
And I last.
Hereupon, thereupon.
That strength...
That unforeseen strength...
... has gotten me alive.
▬
I wasn't able to get standing on my own foot, or even my with my consciousness.
There were no peps to be rigged out, neither my brain nor my soul.
But then I felt a light came across my vision.
Dangled like a tail, bunch of strength streaked to my bosom.
Splinters the mirk gloom till it became a vivid glow.
I felt like some fingers were holding mine.
Soft ones, clement ones.
Pulse of life was precisely transferred.
I could catch a line of smile, too, that was short in time, but long in savor.
An overpower smile which was never discarded by my memory.
Which I hadn't been beheld protractedly.
And I last.
Hereupon, thereupon.
That strength...
That unforeseen strength...
... has gotten me alive.
▬
Thursday, 4 February 2016
He Doesn't
"He doesn't love you." My friend said to me.
I've been thinking so from the first time.
And now I'm gruffly convincing my brain that he does not.
I'm trying to not giving any shit about this loss any further.
I've already stepped over my limit thinking about such a thing.
▬
I've been thinking so from the first time.
And now I'm gruffly convincing my brain that he does not.
I'm trying to not giving any shit about this loss any further.
I've already stepped over my limit thinking about such a thing.
▬
Friday, 22 January 2016
I've Lost You
Rasa kehilangan kembali menjumpaiku.
Ketika beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan perasaannya padaku.
Saat itu, aku belum bisa mengatakan atau menjawab apapun padanya. Dia mengerti. Dia mengerti bahwa aku tidak dapat membalas perasaannya, dan dia mengerti bahwa aku bukanlah orang yang mudah menolak orang lain.
Ketika beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan perasaannya padaku.
Saat itu, aku belum bisa mengatakan atau menjawab apapun padanya. Dia mengerti. Dia mengerti bahwa aku tidak dapat membalas perasaannya, dan dia mengerti bahwa aku bukanlah orang yang mudah menolak orang lain.
"If you feel bothered with that, just forget about it. I'm okay."Tidak. Aku sama sekali tidak merasa terganggu ataupun terbebani soal itu. Sungguh. Aku cuma ... tidak tahu ... apa yang harus kukatakan agar rasa kecewanya tidak terlalu dalam.
Friday, 27 November 2015
Kau dan Alasanmu
Kau... Apakah kau tahu?
Apakah kau tahu
bagaimana perasaanku saat akhirnya aku dapat melihatmu lagi setelah beberapa
waktu? Kau berjalan melewatiku, tanpa pandangan, tanpa sapaan. Seperti biasa.
Ya, seperti biasa. Memang hanya aku yang merasakan betapa lamanya waktu
berjalan saat kehilanganmu, dan memang hanya aku yang masih penasaran akan
kehidupanmu.
Apakah kau tahu
seberapa mengertinya aku akanmu, sehingga aku mencegah diriku sekeras mungkin
agar aku tak berharap sedikitpun bahwa setidaknya kau akan memandangku saat kau
melihatku? Aku tahu hal itu tak akan terjadi bahkan sampai buah durian
kehilangan duri.
Apakah kau tahu
apa yang kulakukan setelah pertemuan kita yang tak kuharapkan itu? Aku mencari
tahu apa arti debaran di jantungku saat mataku menangkap sosokmu yang sedang
berdiri di sekitarku, padahal rasa kesal yang besar juga sedang mengitari
kepalaku karena melihatmu.
Subscribe to:
Posts (Atom)