“Sampai di sini saja?” Sakura bertanya dengan nada tak percaya saat Sasuke memberhentikan motornya di depan gang rumah Sakura. Sasuke menolehkan kepalanya ke belakang, memberikan pandangan yang menyiratkan jawaban ‘ya’ pada Sakura. Sembari menghindari tatapan Sasuke, Sakura bertanya lagi, “Kau menurunkan anak gadis di sini? Tidak sampai ke depan rumah?”
“Masuk ke dalam
lagi?” tanya Sasuke—Sakura dapat menangkap nada berontak dari suaranya. Tanpa
menunggu jawaban dari Sakura, Sasuke kembali melajukan motornya memasuki gang
menuju rumah Sakura.
Sakura bukannya sedang bersikap manja atau malas. Dia hanya ingin melihat bagaimana sikap Sasuke terhadapnya, salah satunya dalam hal seperti ini. Dia ingin tahu apakah di balik sikapnya yang dingin menyakitkan, Sasuke akan tetap menganggap dan memperlakukannya sebagai wanita yang pada dasarnya lumrah untuk di’manja’. Seingat Sakura, di antara jumlah berapa kali Sasuke mengantarnya pulang ke rumah, hanya satu atau dua kali Sasuke mengantarnya sampai ke depan pintu dengan ikhlas—tanpa ada suruhan ataupun keluhan.
Itu menjadi
pertanyaan bagi Sakura: “Setidakpenting itukah aku?” Pertanyaan itu pernah lama
berputar-putar di benaknya. Dan saat berada di jalan pulang tadi pertanyaan itu
kembali menyiksanya.
Beberapa saat lalu
di sore itu, Sakura merasakan debaran yang selalu muncul di saat menunggu
Sasuke tiba di kantornya. Ekspektasinya selalu sama: perjalanan pulang mereka
akan terasa menyenangkan, seperti hari-hari sebelumnya. Namun angannya kembali
patah saat dia melihat kesan tidak enak di mata Sasuke. Sakura seakan menyesal
telah membuka pintu untuk melangkah keluar. Perasaannya mulai terasa berat
seiring dia menggerakkan kedua kakinya menuju Sasuke.
Sasuke
menyodorkan USB yang dipinjamnya pada
Sakura.
‘Ah... Dia menjemputku hanya karena ingin
mengembalikan ini...’
Tanpa mendengar ucapan terima kasih apapun, Sakura mengambilnya. Rasanya ingin
sekali dia menatap langsung wajah Sasuke yang sedang bersiap-siap menyalakan
motor, namun rasa takut telah berhasil mengalihkan pandangannya ke restoran
yang tak berapa jauh di belakang Sasuke.
“Sudah pernah
makan masakan Korea?” tanya Sakura ketika tak berapa lama kemudian Sasuke juga
menoleh untuk melihat arah pandang Sakura. Dan Sakura hanya diam setelah
jawaban singkat “Belom,” keluar dari mulut Sasuke. Nada malas dalam suaranya
kentara sekali.
Di perjalanan,
entah mengapa Sakura tidak ingin berbasa-basi dengan Sasuke. Dia takut
perasaannya saat itu akan semakin berat untuk dibawanya pulang jika Sasuke
kembali memperlakukannya dengan sinis. Dia menyibukkan dirinya dengan
berkali-kali menahan roknya yang terus tersingkap oleh angin yang ikut
menerbangkan pikirannya.
Dan di antara
sela-sela keramaian lalu lintas, sembari menatap helm
yang dipakai Sasuke, Sakura kembali membatinkan harapan yang sudah dia
layangkan lebih dari berkali-kali.
‘Tuhan, kumohon, jangan jauhkan dia lagi.’
▬
▬
No comments:
Post a Comment