Friday, 29 November 2013

The Dearest Friend, Irsan Hyuga

Hi!

Sekarang aku mau curhat tentang mimpi aku tadi malam, eh, tadi pagi, eh, apa tadi malam ya lebih tepatnya...? Ah ya sudahlah, pokoknya mimpi sebelum aku bangun hari ini.

Kalian tau... aku lagi rindu sama salah seorang temenku. Temen dulu, pas masih SMK.

Rindu? Jumpain dong...
Udah nggak bisa jumpa lagi...
Kenapa?
Dia udah nggak ada wujudnya.
Maksudnya?

Yeah... Temenku itu udah dipanggil duluan oleh Yang Maha Memiliki. Dia udah pergi, ninggalin dunia ini, selama-lamanya. 

Namanya Irsan, nama lengkapnya Irsan Sabaruddin Limbong, nama fesbuknya Irsan Hyuga. Orangnya item, pake kacamata yang kacanya bisa lepas kalo kena bentur (tapi ajaibnya bisa dipasang lagi), idungnya condong ke pesek, bibirnya tebel setebel alisnya, matanya terkesan sipit, bagian atas idungnya putih karena nggak pernah ngelepas kacamata kecuali lagi berhubungan sama air, rambutnya item dengan model ikal pendek yang dibiarin tumbuh seadanya, badannya kira-kira setinggi aku (eh, lupa deng aku dia seberapa tinggi dulu, mungkin kalau dia masih ada pasti bakalan jadi lebih tinggi) dan montok, haha... nggak kurus, nggak gemuk.


☻Irsan itu orangnya judes, judesnya itu ngelebihi judesnya tahu judes di Koki Sunda, makanya banyak yang nggak suka liat sifatnya yang satu itu (termasuk aku). Ya iya, kan dia itu cowok, jadi nggak boleh judes. Tapi, yah, udah bawaan orok, mau diapain juga nggak bakalan minggat itu judes dari dirinya.
☻Irsan itu kalo ngomong suaranya di atas volume normal.
☻Irsan itu gampang ketawa, dan ketawanya itu kayak ketawa Opiq (temen kuliahku), dan ketawa mereka itu kayak ketawak nenek lampir yang khas dengan mulut yang terbuka lebar pas ketawa.
☻Irsan itu suka dan hobi nyanyi, padahal suaranya itu pas-pasan, dan ajaibnya lagu yang dia demen itu lagu yang berunsur irama seriosa. Kekekek. Lagu favoritnya itu lagunya Celine Dion yang That's The Way It Is. Aku teringat pas terakhir kalinya kami nyanyiin lagu itu bareng-bareng. Waktu itu kami lagi ngerjain latihan, tugas, atau PR, atau apa (aku lupa), dia duduk menghadap ke meja aku (bangku tempat dia duduk waktu di kelas 3 itu di depan mejaku.
☻Irsan itu kalo ngambek modelnya jadi kayak anak perempuan kecil yang harus dibujuk dengan boneka biar nggak ngambek lagi.
☻Irsan itu hobi berantem sama temen-temen cewek, termasuk aku. Aku pernah eskete-an sama dia (aku lupa karna masalah apa dan berapa lama), dan akhirnya aku duluan yang minta maaf. Kalo nggak gitu, kami bakalan eskete-an sampe lebaran kudanil.
☻Irsan itu pinter, giat, rajin, gigih, tekun, dan istilah-istilah lain semacamnya. Dia selalu masuk ranking 3 besar di kelas. Dia rajin nanya sama guru (padahal menurutku banyak pertanyaan yang dia nggak perlu tanya). Dia rajin ngerjain PR dan tugas. Dia nggak pelit ilmu. Dia jarang terlambat. Dia mau bantuin kami yang belum siap PR dan tugas. Dia selalu mau ngangkat telepon di travel saat kami PKL (kami (aku, Ari Jicin dan Riska IQ Rendah) sering lari kalo teleponnya bunyi). Dia aktif di kegiatan sekolah kayak ekskul dan OSIS. Dia bisa main voli. Dan... apalagi ya...
☻Irsan itu baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung (loh?). Dia mau nulisin catatan buat aku (mungkin Ari juga pernah dibuatin catatan). Dia mau ngelakuin ini dan itu (hal tertentu yang buat dia nggak tega ngeliat kami). Dia mau ngasi contekan pas ujian, apalagi ujian bahasa Jepang. Wokwokwok. Pas ujian bahasa Jepang, yang jadi sasaran cuma Irsan dan Indah Bele. XD
☻Irsan itu perasaan songong. Dia sok galak sama adik kelas, sampai--kalau nggak salah--ada yang pernah nangis karena dia.
☻Irsan itu keukeuh waktu dia ngerasa dia itu benar.
☻Irsan itu bertanggung jawab. Dia mau nemuin papa dan mamaku buat ngejelasin yang sebenarnya. Waktu itu, hari Sabtu atau Minggu, aku bilang ke papa aku ada ekskul pramuka, jadi aku ke sekolah diantar papaku, padahal nggak ada kegiatan apa-apa di sekolah. Aku dan Irsan berencana ke rumah Ari, tapi aku takut bilang ke orang tuaku karena rumah Ari itu jauh, di Percut sonoh. Papaku ternyata curiga, jadi papaku ngintipin aku dari jauh. Nah, beberapa lama setelah aku masuk gerbang dan ngirain papaku udah pergi, aku dan Irsan keluar dari gerbang dan berangkat ke rumah Ari. Eh, pas udah di angkot dan udah sampai di simpang Aksara, hapeku bunyi. Ternyata papaku nelpon. Dan aku nggak bisa ngelak lagi. Jadi aku disuruh pulang. Aku bilang ke Irsan kalo aku kena marah dan disuruh balik, dan Irsannya mau nemenin ke rumahku buat tanggung jawab, padahal dia nggak salah. T-T Mungkin papaku marah karena aku udah bohong dan ternyata aku pergi sama cowok. Jadi Irsan ngejelasin ke papa dan mamaku begini, begini, dan begini. Alhamdulillah, papa dan mamaku bisa terima, dan akhirnya aku diizinin buat pergi ke rumah Ari. Aaa, terima kasih, Irsan! ^^
☻Irsan itu lucu. Dia sering buat kami ketawa karena lawakan dan perbuatan dia.
☻Irsan itu teledor atau bahasa bakunya ceroboh. Sering, kalo dia ngeletakin hapenya sembarangan atau dia lupa buat ngambil hapenya, kami ngumpetin hapenya sampe dia frustrasi sendiri. Bongkar-bongkar tas, ngacak-acak rambut, mondar-mandir kesana-kemari, dan merepet-merepet sendiri dengan muka yang kayak kehilangan harapan hidup.
☻Irsan itu hobi dengerin radio pake hapenya yang sehidup semati itu.
☻Irsan itu nggak suka bola kaki. Dia sukanya bulu tangkis, pemain favoritnya adalah Taufik Hidayat.
☻Dan Irsan itu lainnya yang nggak sanggup aku ketik.

Padahal rencananya mau nyeritain mimpi, kok malah biografinya si Limbong yang terpaparkan.
Irsan: "Jijik kali aku liat kao..."

Oke deh, balik ke mimpi.

Di mimpiku, aku lagi ada di suatu tempat, mungkin kantin sekolah atau kampus. Dan, ada Irsan! Dia lagi duduk di depanku. Dia pake baju sekolah. Di mimpiku itu ceritanya cuma aku yang bisa liat dia; dia sengaja nampakin diri cuma buat aku. T____________T Kami ngerumpi (aku lupa ngerumpiin apa, memang kalo udah lupa gini sering nggak ingat :v). Tiba-tiba dua mangkok bakso diantar ke kami (mungkin ceritanya kami mesen bakso sebelumnya), lalu kami nyari tempat buat makan baksonya. Akhirnya dapat, di samping steling. Dan kami makan dah tu bakso. Abis makan, kami keliling-keliling, terus aku dengar suara mama. Eee... ternyata aku dibangunin. The end lah mimpiku. Kkkkkk...

Udah? Gitu aja?
Iya...
Intronya panjang, tapi intinya sekutil...
Massalah buat lohhh!

Baca ya (karena nggak mungkin 'denger ya' karena ini blog, bukan orang), akhir-akhir ini aku hampir selalu lupa mimpi-mimpiku, padahal aku tiap hari ada mimpi. ♪Menyebalkan.♫ Satu paragraf itu aja syukur-syukur nempel di memoriku.

Eh tapi nyadar nggak ada yang janggal di mimpiku itu? Nah, padahal ceritanya cuma aku yang bisa liat Irsan, tapi kenapa baksonya diantar dua mangkok dan dia bisa makan bakso? Kekekkekek... Gilaku memang udah nggak tertolong.

Jadi, intinya, aku bersyukur berkali-kali (nggak cukup sekali) bisa dipertemukan sama Irsan lagi di dalam mimpi. Seenggaknya, sedikit rasa rinduku itu udah tertebus. Aku bisa bicara sama dia, nyentuh dia, denger suaranya, liat ketawanya. Se~muanya! Semua yang dulu aku bisa lakukan. ^^

Well, semoga aku bisa mimpi Irsan lagi malam ini. Amin...

(There was a photo here)

(There was a photo here)

Semoga rinduku bisa tersampaikan sama Irsan. Amin.

(There was a photo here)

Dan semoga Irsan tenang di sana.







* Limbong, nanti aku mampir ke tempatmu. Tunggu ya...

Irsan: Okkkeee~

3 comments: