"He doesn't love you." My friend said to me.
I've been thinking so from the first time.
And now I'm gruffly convincing my brain that he does not.
I'm trying to not giving any shit about this loss any further.
I've already stepped over my limit thinking about such a thing.
▬
Thursday, 4 February 2016
Friday, 22 January 2016
I've Lost You
Rasa kehilangan kembali menjumpaiku.
Ketika beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan perasaannya padaku.
Saat itu, aku belum bisa mengatakan atau menjawab apapun padanya. Dia mengerti. Dia mengerti bahwa aku tidak dapat membalas perasaannya, dan dia mengerti bahwa aku bukanlah orang yang mudah menolak orang lain.
Ketika beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan perasaannya padaku.
Saat itu, aku belum bisa mengatakan atau menjawab apapun padanya. Dia mengerti. Dia mengerti bahwa aku tidak dapat membalas perasaannya, dan dia mengerti bahwa aku bukanlah orang yang mudah menolak orang lain.
"If you feel bothered with that, just forget about it. I'm okay."Tidak. Aku sama sekali tidak merasa terganggu ataupun terbebani soal itu. Sungguh. Aku cuma ... tidak tahu ... apa yang harus kukatakan agar rasa kecewanya tidak terlalu dalam.
Friday, 27 November 2015
Kau dan Alasanmu
Kau... Apakah kau tahu?
Apakah kau tahu
bagaimana perasaanku saat akhirnya aku dapat melihatmu lagi setelah beberapa
waktu? Kau berjalan melewatiku, tanpa pandangan, tanpa sapaan. Seperti biasa.
Ya, seperti biasa. Memang hanya aku yang merasakan betapa lamanya waktu
berjalan saat kehilanganmu, dan memang hanya aku yang masih penasaran akan
kehidupanmu.
Apakah kau tahu
seberapa mengertinya aku akanmu, sehingga aku mencegah diriku sekeras mungkin
agar aku tak berharap sedikitpun bahwa setidaknya kau akan memandangku saat kau
melihatku? Aku tahu hal itu tak akan terjadi bahkan sampai buah durian
kehilangan duri.
Apakah kau tahu
apa yang kulakukan setelah pertemuan kita yang tak kuharapkan itu? Aku mencari
tahu apa arti debaran di jantungku saat mataku menangkap sosokmu yang sedang
berdiri di sekitarku, padahal rasa kesal yang besar juga sedang mengitari
kepalaku karena melihatmu.
Thursday, 17 September 2015
Thank You for Visiting
Malam itu, pukul
8.30 di hari Minggu, seseorang merampas tas—yang kukenakan menyilang dari bahu
kiri sampai pinggang kananku—secara cepat dari arah kanan belakang. Seseorang
itu berada di atas sepeda motor yang dikemudikan oleh temannya. Dengan tangan kirinya
dia menarik tali tasku dari punggungku. Sedetik kemudian aku tersungkur ke atas
aspal dan terseret karena tangan kananku masih menahan tali tas. Karena takut
akan kendaraan lain yang bisa saja menggilasku, aku melepaskan genggaman
tanganku di tali tas itu. Lalu, dalam hitungan detik juga, kedua pria itu
menghilang di antara gelapnya bayangan pohon dan kilauan cahaya lampu
kendaraan.
Saat sepeda motor
itu mendekatiku, saat suara mesinnya terdengar di telingaku, dan saat tiba-tiba
merasakan angin berhembus dengan kencang dari arah kananku, sebenarnya aku
sudah merasa bahwa aku akan dirampok lagi, karena itu aku mencoba sebisa
mungkin untuk menahan tasku. Namun karena aku terkejut, kekuatanku tidak cukup
besar untuk menahan tarikan laki-laki itu—lagipula dia dibantu oleh kekuatan
sepeda motor. Jadi, aku terjatuh ke jalan dengan mudahnya.
Thursday, 6 August 2015
Lucu Saja
Seorang perempuan
terlihat sedang berjalan di antara kerumunan orang yang baru saja keluar dari
sebuah gedung perkuliahan. Setelan pakaian olahraga terpasang di tubuhnya: kaos
putih berlengan pendek, celana olahraga sekolah biru berlaris oranye, dan sepatu olahraga abu-abu.
Dia berjalan agak cepat, berbelok-belok untuk menghindari tabrakan dengan tubuh
lain. Matanya tertuju pada sesosok laki-laki berjas hitam yang berada sekitar
dua meter di depannya.
‘Tampan
sekali...’ Perempuan itu membatin saat dia mengunci pandangannya. Memiliki
potongan rambut yang segar, memakai setelan berupa kemeja biru dan jas serta
celana hitam, memikul ransel hanya dengan sebelah talinya, dan berjalan dengan
satu tangan berada dalam saku celananya. Ya, bahkan dari belakang pun laki-laki
itu tetap memesona.
Sembari menikmati
sosoknya, perempuan itu melangkah lebih cepat, namun tetap menjaga diri agar
tak terlihat oleh si laki-laki. Laki-laki itu telah melewati gerbang dan
berjalan ke arah parkiran. Si perempuan melangkah lebih dekat, lalu bersembunyi
di belakang pohon saat si laki-laki menoleh ke belakang. Setelah beberapa saat
bersembunyi, akhirnya perempuan itu memutuskan untuk menunjukkan dirinya. Dia
berjalan mendekati si laki-laki yang kini sedang berdiri di samping motornya. Cengiran
terpampang di wajah si perempuan saat si laki-laki melihat kemunculannya. Dia
sengaja menatap laki-laki itu dengan terang-terangan. Laki-laki itu menoleh ke
arah lain, mencari sang tukang parkir. Kemudian perempuan itu duduk di motor
yang berada di sebelah motor si laki-laki dengan tatapan dan cengiran yang
tetap lekat. Si Laki-laki kembali menoleh ke perempuan itu; wajahnya terlihat
heran bercampur risih. Si perempuan semakin melebarkan cengirannya,
kelihatannya dia tak berniat untuk berkata apapun.
Friday, 24 July 2015
San...
San...
Irsan...
Limbong...
Kawan aku...
...apa kabar?
Kalok kotanyak kabar aku, aku bakalan bilang, “alhamdulillah, gini-gini aja.”
Aku lagi pakek kaosmu ni, San. Kaos abu-abu yang sering kopakek buat latihan di sekolah. Abis mandi, ntah kenapa aku milih kaos ini pas aku liat lemari buat nyarik baju.
Mungkin karna aku tiba-tiba rindu samamu kali ya, San?
Irsan...
Limbong...
Kawan aku...
...apa kabar?
Kalok kotanyak kabar aku, aku bakalan bilang, “alhamdulillah, gini-gini aja.”
Aku lagi pakek kaosmu ni, San. Kaos abu-abu yang sering kopakek buat latihan di sekolah. Abis mandi, ntah kenapa aku milih kaos ini pas aku liat lemari buat nyarik baju.
Mungkin karna aku tiba-tiba rindu samamu kali ya, San?
Thursday, 9 July 2015
1st Cake From Them
^^
Alhamdulillah.
Itu kata pertama yang aku nantiin buat ditulis di post ini. Kenapa? Mwehehe...
Di tahun ini, aku bersyukur yang lebih, lebih dan lebih untuk ulang tahunku. Untuk pertama kalinya, aku dapat kejutan—yang mungkin menurut orang-orang “standar ulang tahun”, yaitu kue bolu dari orang di luar keluarga.
Dari “Shiawase”. Yay!
...maksudku, “Shiawase”ku (kebahagiaan versiku: kohai-kohai yang dulu pernah aku bina di sekolah).
Uhm, bukannya aku nggak pernah dapet bolu pas ulang tahun, tapi kayak yang aku bilang tadi, aku nggak pernah dapet bolu dari orang-orang di luar keluargaku. Jadi ini pertama kalinya aku dapet bolu dari temen, dan jadi, makanya aku bilang itu kejutan.
Alhamdulillah.
Itu kata pertama yang aku nantiin buat ditulis di post ini. Kenapa? Mwehehe...
Di tahun ini, aku bersyukur yang lebih, lebih dan lebih untuk ulang tahunku. Untuk pertama kalinya, aku dapat kejutan—yang mungkin menurut orang-orang “standar ulang tahun”, yaitu kue bolu dari orang di luar keluarga.
Dari “Shiawase”. Yay!
...maksudku, “Shiawase”ku (kebahagiaan versiku: kohai-kohai yang dulu pernah aku bina di sekolah).
(There was a photo here)
Uhm, bukannya aku nggak pernah dapet bolu pas ulang tahun, tapi kayak yang aku bilang tadi, aku nggak pernah dapet bolu dari orang-orang di luar keluargaku. Jadi ini pertama kalinya aku dapet bolu dari temen, dan jadi, makanya aku bilang itu kejutan.
Subscribe to:
Posts (Atom)