Thursday, 4 February 2016

He Doesn't

"He doesn't love you." My friend said to me.
I've been thinking so from the first time.
And now I'm gruffly convincing my brain that he does not.
I'm trying to not giving any shit about this loss any further.
I've already stepped over my limit thinking about such a thing.





Friday, 22 January 2016

I've Lost You

Rasa kehilangan kembali menjumpaiku.

Ketika beberapa waktu lalu, seseorang mengungkapkan perasaannya padaku.

Saat itu, aku belum bisa mengatakan atau menjawab apapun padanya. Dia mengerti. Dia mengerti bahwa aku tidak dapat membalas perasaannya, dan dia mengerti bahwa aku bukanlah orang yang mudah menolak orang lain.
"If you feel bothered with that, just forget about it. I'm okay."
Tidak. Aku sama sekali tidak merasa terganggu ataupun terbebani soal itu. Sungguh. Aku cuma ... tidak tahu ... apa yang harus kukatakan agar rasa kecewanya tidak terlalu dalam.

Friday, 27 November 2015

Kau dan Alasanmu


Kau... Apakah kau tahu?

Apakah kau tahu bagaimana perasaanku saat akhirnya aku dapat melihatmu lagi setelah beberapa waktu? Kau berjalan melewatiku, tanpa pandangan, tanpa sapaan. Seperti biasa. Ya, seperti biasa. Memang hanya aku yang merasakan betapa lamanya waktu berjalan saat kehilanganmu, dan memang hanya aku yang masih penasaran akan kehidupanmu.

Apakah kau tahu seberapa mengertinya aku akanmu, sehingga aku mencegah diriku sekeras mungkin agar aku tak berharap sedikitpun bahwa setidaknya kau akan memandangku saat kau melihatku? Aku tahu hal itu tak akan terjadi bahkan sampai buah durian kehilangan duri.

Apakah kau tahu apa yang kulakukan setelah pertemuan kita yang tak kuharapkan itu? Aku mencari tahu apa arti debaran di jantungku saat mataku menangkap sosokmu yang sedang berdiri di sekitarku, padahal rasa kesal yang besar juga sedang mengitari kepalaku karena melihatmu.

Thursday, 17 September 2015

Thank You for Visiting


Malam itu, pukul 8.30 di hari Minggu, seseorang merampas tas—yang kukenakan menyilang dari bahu kiri sampai pinggang kananku—secara cepat dari arah kanan belakang. Seseorang itu berada di atas sepeda motor yang dikemudikan oleh temannya. Dengan tangan kirinya dia menarik tali tasku dari punggungku. Sedetik kemudian aku tersungkur ke atas aspal dan terseret karena tangan kananku masih menahan tali tas. Karena takut akan kendaraan lain yang bisa saja menggilasku, aku melepaskan genggaman tanganku di tali tas itu. Lalu, dalam hitungan detik juga, kedua pria itu menghilang di antara gelapnya bayangan pohon dan kilauan cahaya lampu kendaraan.

Saat sepeda motor itu mendekatiku, saat suara mesinnya terdengar di telingaku, dan saat tiba-tiba merasakan angin berhembus dengan kencang dari arah kananku, sebenarnya aku sudah merasa bahwa aku akan dirampok lagi, karena itu aku mencoba sebisa mungkin untuk menahan tasku. Namun karena aku terkejut, kekuatanku tidak cukup besar untuk menahan tarikan laki-laki itu—lagipula dia dibantu oleh kekuatan sepeda motor. Jadi, aku terjatuh ke jalan dengan mudahnya.

Thursday, 6 August 2015

Lucu Saja



Seorang perempuan terlihat sedang berjalan di antara kerumunan orang yang baru saja keluar dari sebuah gedung perkuliahan. Setelan pakaian olahraga terpasang di tubuhnya: kaos putih berlengan pendek, celana olahraga sekolah biru  berlaris oranye, dan sepatu olahraga abu-abu. Dia berjalan agak cepat, berbelok-belok untuk menghindari tabrakan dengan tubuh lain. Matanya tertuju pada sesosok laki-laki berjas hitam yang berada sekitar dua meter di depannya.

‘Tampan sekali...’ Perempuan itu membatin saat dia mengunci pandangannya. Memiliki potongan rambut yang segar, memakai setelan berupa kemeja biru dan jas serta celana hitam, memikul ransel hanya dengan sebelah talinya, dan berjalan dengan satu tangan berada dalam saku celananya. Ya, bahkan dari belakang pun laki-laki itu tetap memesona.

Sembari menikmati sosoknya, perempuan itu melangkah lebih cepat, namun tetap menjaga diri agar tak terlihat oleh si laki-laki. Laki-laki itu telah melewati gerbang dan berjalan ke arah parkiran. Si perempuan melangkah lebih dekat, lalu bersembunyi di belakang pohon saat si laki-laki menoleh ke belakang. Setelah beberapa saat bersembunyi, akhirnya perempuan itu memutuskan untuk menunjukkan dirinya. Dia berjalan mendekati si laki-laki yang kini sedang berdiri di samping motornya. Cengiran terpampang di wajah si perempuan saat si laki-laki melihat kemunculannya. Dia sengaja menatap laki-laki itu dengan terang-terangan. Laki-laki itu menoleh ke arah lain, mencari sang tukang parkir. Kemudian perempuan itu duduk di motor yang berada di sebelah motor si laki-laki dengan tatapan dan cengiran yang tetap lekat. Si Laki-laki kembali menoleh ke perempuan itu; wajahnya terlihat heran bercampur risih. Si perempuan semakin melebarkan cengirannya, kelihatannya dia tak berniat untuk berkata apapun.

Friday, 24 July 2015

San...

San...
Irsan...
Limbong...
Kawan aku...

...apa kabar?

Kalok kotanyak kabar aku, aku bakalan bilang, “alhamdulillah, gini-gini aja.”

Aku lagi pakek kaosmu ni, San. Kaos abu-abu yang sering kopakek buat latihan di sekolah. Abis mandi, ntah kenapa aku milih kaos ini pas aku liat lemari buat nyarik baju.

Mungkin karna aku tiba-tiba rindu samamu kali ya, San?

Thursday, 9 July 2015

1st Cake From Them

^^

Alhamdulillah.

Itu kata pertama yang aku nantiin buat ditulis di post ini. Kenapa? Mwehehe...

Di tahun ini, aku bersyukur yang lebih, lebih dan lebih untuk ulang tahunku. Untuk pertama kalinya, aku dapat kejutan—yang mungkin menurut orang-orang “standar ulang tahun”, yaitu kue bolu dari orang di luar keluarga.

Dari “Shiawase”. Yay!

...maksudku, “Shiawase”ku (kebahagiaan versiku: kohai-kohai yang dulu pernah aku bina di sekolah).

(There was a photo here)

Uhm, bukannya aku nggak pernah dapet bolu pas ulang tahun, tapi kayak yang aku bilang tadi, aku nggak pernah dapet bolu dari orang-orang di luar keluargaku. Jadi ini pertama kalinya aku dapet bolu dari temen, dan jadi, makanya aku bilang itu kejutan.