Thursday, 27 February 2014

Hari Ini

Sayang, pagi ini, dengan langkah ringan kau muncul di titik fokusku.
Ceria, namun tetap dengan tatapan sayu dan wajah yang tak tertarik akan kehidupan; seperti biasa.
Tak bisakah kau berekspresi lebih sering?

Sayang, aku mendapatkan pantulan penuhmu.
Mahkota yang terlihat lebih segar, coklat tan yang memesona, gulungan lengan, dan alas berpijak.
Hal-hal itu telah kusimpan rapi.

Sayang, kau di sana, aku di sini.
Kau berlari, aku terdiam menyaksikan.
Kau bersemangat, aku sumringah.



Sayang, kau kembali.
Entah apa yang membuatku menciptakan jarak sejauh ini.
Namun kau masih terekam jelas.
Air muka yang tak berbeda, hanya saja terlihat sedikit letih.

Sayang, melewati garisku, kau tiba-tiba berlari.
Mengejar mereka.
Membuatku tertatih mengikuti.

Sayang, pagi berganti menjadi sore.
Aku masih di sini.
Berharap objek favoritku muncul kembali.

Sayang, kau datang lagi.
Aku bangkit, mencoba mendapatkan tempat.
Mataku selalu bergairah untuk menangkapmu.

Sayang, kita dekat.
Aku menyamar, dan keberadaanmu tertutupi.
Namun aku tetap mengetahuimu.

Sayang, kedua mataku masih terarah padamu.
Aku mengunci pergerakanmu.
Tak ada yang kusembunyikan darimu.

Sayang, kau hampir berlalu tanpa tahu.
Namun, Tuhan masih mengasihiku.
Kau menyadari keberadaanku.

Sayang, dalam dua tolehan kau melihatku.
Seketika mengangguk, melemparkan senyum lebarmu.
Kau berhasil membuatku latah untuk tersenyum.

Sayang, itu tak bertahan lama.
Secepat mata berkedip kau berpaling.
Meninggalkan ragaku yang mematung.

Sayang, kau masih seperti itu.
Lihai menjaga pendirian.
Ahli dalam mempertahankan keinginan.

Sayang, walaupun begitu, aku juga masih seperti ini.
Lihai menjaga pendirian.
Ahli dalam mempertahankan keinginan.

Sayang, itu presentasiku untuk hari ini.
Aku akan meneliti lagi di esok hari.
Jika izin dari-Nya terus diberi.

Hari ini,
Hari yang tak sekadar indah,
26 Februari 2014

No comments:

Post a Comment