Sudah minggu terakhir bulan April, dan aku, si gadis kecil berjerawat merah ini, belum melakukan perubahan apapun pada skripsinya. Aku masih setia berdiam diri di outline, sedangkan teman-teman kelasku yang lain mungkin sudah tiba di bab III. Ya, cancer itu memang terkenal akan kesetiaannya, kan? Padahal sidang akan mulai dibuka bulan Juni, kautahu. Jadi tinggal sekitar sebulan lagi aku harus bisa menyelesaikan skripsiku; skripsi yang lengkap dengan bab-bab hingga referensinya, bukan hanya outline.
Hah~ Bagaimana
skripsi mau selesai jika yang berkewajiban saja jarang berkesempatan untuk
mengerjakannya. Hei, aku sibuk, lho. Hari-hariku dipenuhi dengan berbagai
aktifitas yang tak sanggup untuk kutinggalkan. Apalagi akhir-akhir ini jadwalku
bertambah padat. Aku bangun jam 7, lalu mandi, lalu sarapan, lalu berangkat
kuliah. Setelah kelas selesai, kalau tidak pergi bersama teman-temanku aku akan
pergi ke sekolah; duduk di kantin untuk wi-fi-an.
Sampai sore tiba, aku berkumpul bersama para juniorku, lalu pulang. Setibanya
di rumah, aku ke kamar mandi, lalu makan malam, lalu mengotak-atik laptop;
menonton film atau drama, atau membuka-buka foto dan video. Lalu setelah mata
terasa berat—biasanya sekitar jam 1 tengah malam—aku akan menutup laptop,
menarik selimut sampai menutupi kepala, dan memejamkan mata; mencoba untuk
tidur. Namun sering sekali akhirnya aku susah tidur karena otakku masih belum
lelah untuk berpikir; memikirkan segala hal yang sudah, sedang, dan akan
terjadi dalam hidupku. Shiawase, skripsi, Lupi, hutang, keluarga, dan dosa,
semuanya secara bergantian dan berurutan terprojeksi di dinding otakku—terang
dan jelas, jadi aku tidak dapat memasuki alam tidurku dengan mudah. Lalu
setelah berjuang keras untuk terus memejamkan mata, beberapa jam kemudian
akhirnya aku dapat beristirahat. Nah, itu jika aku ada jadwal kuliah. Di saat
tidak ada jadwal seperti seminggu ini, aku bangun pagi sekitar jam 9, lalu
mandi, lalu sarapan, lalu berangkat ke sekolah; terkadang untuk wi-fi-an, terkadang untuk latihan.
Sampai sore tiba, aku dan para junior-ku kembali berkumpul, lalu pulang saat
malam sudah merasuk. Daaan, ya, aktifitas yang sama di malam hari seperti yang
sudah kusebutkan tadi.
Aku sibuk, kan?
Hahahahahahahahahaha...HA.
Jangan menghakimiku seperti itu...
Ya, ya, aku tahu
bahwa aku sebenarnya punya banyak sekali kesempatan untuk mengerjakan
skripsiku, seperti saat wi-fi-an di
kantin dan saat mengotak-atik laptop di rumah. Apalagi aku sudah mendapatkan
referensi yang cukup banyak. Aku hanya tinggal... mengerjakan.
Mengerjakan...
Mengerjakan...
Haaaaah! Tapi aku
belum bisaaa! Maksudku, otakku belum bisaaa! Otakku terlalu penuh akan hal-hal
yang seharusnya tidak perlu terlalu aku pikirkan untuk saat ‘genting’ seperti
ini, namun terlalu ahli untuk mendominasi, dan aku terlalu lemah untuk bertahan
diri. Aku belum sanggup untuk berkonsentrasi penuh pada skripsi. Aku belum
mampu untuk merangkai kalimat demi kalimat yang sebenarnya hanya tinggal
kusalin dan kuubah dari referensi-referensi. Bahkan lucu rasanya jika mengingat
aku tidak bisa membuat kata-kata di skripsi, namun aku bisa dengan mudahnya
membuat kata-kata di blog—seperti yang satu ini. Ya, ya, memang seharusnya aku
mengerjakan skripsiku daripada membuat blog curahan hati yang tidak penting.
Namun kembali lagi ke kalimat ketigaku di paragraf ini, otakku belum bisa.
Jangankan untuk membuat skripsi, untuk mengalirkan imun semangat ke inangnya
saja ia tidak teringat. Otak low,
semangat pun low. Lengkap lah sudah
penantian yang panjang ini; penantian akan datangnya mukjizat yang bisa
mengabulkan doa setiap mahasiswa semester akhir: bisa wisuda tanpa harus
berkutat dengan sebuah hal kecil gila bernama skripsi. Apa? Hal kecil?
Dan sepertinya
sekarang otakku juga sudah lelah memikirkan kata-kata untuk dituangkan di posting-an ini. Lagipula sepertinya aku
harus ke sekolah untuk menemui adikku yang tercinta.
Baiklah, dadah!
P.S.:
Bisakah kau menentukan apa kesimpulan dari posting-an ini?
Bisakah kau menentukan apa kesimpulan dari posting-an ini?
Di bawah hembusan
kipas angin, 20 April 2015, 12.39
▬
▬
Gimana kabarnya sekarang, mbak? Memang sulit menulis kalau mood it tidak ada.
ReplyDeleteMwehehe... Kabar saya atau kabar skripsinya? Kalau kabar skripsinya sih alhamdulillah sudah menghantarkan saya sampai wisuda. ^^
Delete