Wednesday, 22 April 2015

Thesis and Activities and Myself


Sudah minggu terakhir bulan April, dan aku, si gadis kecil berjerawat merah ini, belum melakukan perubahan apapun pada skripsinya. Aku masih setia berdiam diri di outline, sedangkan teman-teman kelasku yang lain mungkin sudah tiba di bab III. Ya, cancer itu memang terkenal akan kesetiaannya, kan? Padahal sidang akan mulai dibuka bulan Juni, kautahu. Jadi tinggal sekitar sebulan lagi aku harus bisa menyelesaikan skripsiku; skripsi yang lengkap dengan bab-bab hingga referensinya, bukan hanya outline.


Hah~ Bagaimana skripsi mau selesai jika yang berkewajiban saja jarang berkesempatan untuk mengerjakannya. Hei, aku sibuk, lho. Hari-hariku dipenuhi dengan berbagai aktifitas yang tak sanggup untuk kutinggalkan. Apalagi akhir-akhir ini jadwalku bertambah padat. Aku bangun jam 7, lalu mandi, lalu sarapan, lalu berangkat kuliah. Setelah kelas selesai, kalau tidak pergi bersama teman-temanku aku akan pergi ke sekolah; duduk di kantin untuk wi-fi-an. Sampai sore tiba, aku berkumpul bersama para juniorku, lalu pulang. Setibanya di rumah, aku ke kamar mandi, lalu makan malam, lalu mengotak-atik laptop; menonton film atau drama, atau membuka-buka foto dan video. Lalu setelah mata terasa berat—biasanya sekitar jam 1 tengah malam—aku akan menutup laptop, menarik selimut sampai menutupi kepala, dan memejamkan mata; mencoba untuk tidur. Namun sering sekali akhirnya aku susah tidur karena otakku masih belum lelah untuk berpikir; memikirkan segala hal yang sudah, sedang, dan akan terjadi dalam hidupku. Shiawase, skripsi, Lupi, hutang, keluarga, dan dosa, semuanya secara bergantian dan berurutan terprojeksi di dinding otakku—terang dan jelas, jadi aku tidak dapat memasuki alam tidurku dengan mudah. Lalu setelah berjuang keras untuk terus memejamkan mata, beberapa jam kemudian akhirnya aku dapat beristirahat. Nah, itu jika aku ada jadwal kuliah. Di saat tidak ada jadwal seperti seminggu ini, aku bangun pagi sekitar jam 9, lalu mandi, lalu sarapan, lalu berangkat ke sekolah; terkadang untuk wi-fi-an, terkadang untuk latihan. Sampai sore tiba, aku dan para junior-ku kembali berkumpul, lalu pulang saat malam sudah merasuk. Daaan, ya, aktifitas yang sama di malam hari seperti yang sudah kusebutkan tadi.

Aku sibuk, kan?

Hahahahahahahahahaha...HA. Jangan menghakimiku seperti itu...

Ya, ya, aku tahu bahwa aku sebenarnya punya banyak sekali kesempatan untuk mengerjakan skripsiku, seperti saat wi-fi-an di kantin dan saat mengotak-atik laptop di rumah. Apalagi aku sudah mendapatkan referensi yang cukup banyak. Aku hanya tinggal... mengerjakan. 

Mengerjakan...
Haaaaah! Tapi aku belum bisaaa! Maksudku, otakku belum bisaaa! Otakku terlalu penuh akan hal-hal yang seharusnya tidak perlu terlalu aku pikirkan untuk saat ‘genting’ seperti ini, namun terlalu ahli untuk mendominasi, dan aku terlalu lemah untuk bertahan diri. Aku belum sanggup untuk berkonsentrasi penuh pada skripsi. Aku belum mampu untuk merangkai kalimat demi kalimat yang sebenarnya hanya tinggal kusalin dan kuubah dari referensi-referensi. Bahkan lucu rasanya jika mengingat aku tidak bisa membuat kata-kata di skripsi, namun aku bisa dengan mudahnya membuat kata-kata di blog—seperti yang satu ini. Ya, ya, memang seharusnya aku mengerjakan skripsiku daripada membuat blog curahan hati yang tidak penting. Namun kembali lagi ke kalimat ketigaku di paragraf ini, otakku belum bisa. Jangankan untuk membuat skripsi, untuk mengalirkan imun semangat ke inangnya saja ia tidak teringat. Otak low, semangat pun low. Lengkap lah sudah penantian yang panjang ini; penantian akan datangnya mukjizat yang bisa mengabulkan doa setiap mahasiswa semester akhir: bisa wisuda tanpa harus berkutat dengan sebuah hal kecil gila bernama skripsi. Apa? Hal kecil?

Dan sepertinya sekarang otakku juga sudah lelah memikirkan kata-kata untuk dituangkan di posting-an ini. Lagipula sepertinya aku harus ke sekolah untuk menemui adikku yang tercinta.

Baiklah, dadah!


P.S.:
Bisakah kau menentukan apa kesimpulan dari posting-an ini?

Di bawah hembusan kipas angin, 20 April 2015, 12.39

2 comments:

  1. Gimana kabarnya sekarang, mbak? Memang sulit menulis kalau mood it tidak ada.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mwehehe... Kabar saya atau kabar skripsinya? Kalau kabar skripsinya sih alhamdulillah sudah menghantarkan saya sampai wisuda. ^^

      Delete