Monday, 31 March 2014

The Laugh

Aku sudah hafal banyak hal tentangnya; yang ada pada dirinya. Terutama senyumnya. Hal yang satu itu telah menjadi kajian dalam kepala dan hatiku. Namun ada satu hal tentangnya yang aku belum tahu. Tawanya.

Mungkin aku sudah pernah mendengar dia tertawa dan ternyata aku lupa. Tapi aku benar-benar tidak tahu dan tidak ingat bagaimana bentuk tawanya. Yang aku tahu selama ini hanyalah tawanya yang berbentuk tulisan di chat atau SMS.

Jadi, saat itu, aku dan dia berada dalam satu ruangan. Kami berada dalam jarak yang cukup dekat, hanya sebuah meja panjang yang menjadi pemisah di antara kami. Dia sedang mengobrol bersama yang lain.

Aku memperhatikannya.

Saat itulah aku kembali mendengar tawanya untuk pertama kalinya. Akhirnya aku dapat mengetahui bagaimana dia tertawa; suaranya, jenisnya, tinggi rendah nadanya, dan durasinya. Saat dia tertawa suara bass-nya terdengar lebih tebal. Volumenya sama seperti saat dia berteriak. 'Kalimat' tawanya adalah "aha-ha-ha". Mulutnya terbuka lebar, matanya menyipit sampai menyisakan garis. Karena pembawaannya yang tidak bisa diam, dia seperti tersentak saat tertawa.

Tuhan, aku menyukai tawanya.

Dalam waktu yang berbeda di hari itu, aku telah dua kali mendengar dia tertawa. Tawa yang aku yakin ikhlas, seikhlas senyumnya. Tawa yang--istilahnya--hanya dapat kudengar seumur hidup sekali. Tawa yang tidak akan pernah terjadi karena aku.

No comments:

Post a Comment