Mulutmu harimaumu.
Siapa yang belum pernah mendengar peribahasa ini? Peribahasa--sangat--terkenal yang--sangat--sering terucap dari mulut makhluk yang bernama manusia. Yang pernah mengucapkan maupun yang belum pasti sudah tahu artinya.
Mulut adalah alat indera yang salah satu fungsinya adalah untuk berbicara. Organ yang diperlukan adalah lidah, karena tanpa lidah mulut tidak dapat berfungsi dengan semestinya.
Harimau adalah salah satu hewan liar yang ganas. Liar dan ganas berarti berbahaya.
Jadi, jika disatukan, artinya berarti: apa yang dihasilkan mulutmu (dalam hal ini adalah pembicaraan) dapat membahayakanmu.
Namun, walaupun peribahasa itu termasuk peribahasa papan atas, di dunia ini masih banyak manusia yang belum bisa mengendalikan mulutnya, belum bisa mengendalikan lidahnya, belum bisa mengendalikan kata-katanya. Mereka masih terbiasa berbicara tanpa disaring terlebih dahulu. Mereka tidak memikirkan baik buruknya kualitas kata-kata yang mereka ucapkan, tidak memikirkan apa kata-kata itu akan berakibat baik atau buruk.
Sebagai contohnya, aku sering melihat status teman dunia maya-ku yang mengatakan tentang betapa inginnya mereka pergi meninggalkan dunia ini karena sudah terlalu lelah dengan masalah yang menemani hidup mereka.
Tidak beberapa lama lalu, salah satu temanku membuat status "otw to syurga (mati ajalah udah capek udah)". Aku sedikit tertohok membacanya. Lalu aku bertanya padanya, "memangnya kalau mati udah yakin masuk surga?". Tak lama kemudian dia membalas, "udah dong".
Hahaha... Bukannya lucu, tapi aku prihatin. Temanku itu sedang terkena masalah apa sampai-sampai dia bicara dengan kepercayaan diri sebagus itu? Apa dia sudah siap untuk bertemu Tuhan? Apa dia sudah merasa cukup dengan amal ibadahnya? Apa dia sudah puas dengan kehidupan? Apa dia sudah membahagiakan orang-orang di sekelilingnya?
Aku yakin dia tidak pernah memikirkan poin-poin itu.
Sekarang aku sedang merasa sesuatu yang sangat tidak menyenangkan batinku sejak dua hari lalu. Perasaan yang menyesakkan untuk hati dan pikiranku. Mungkin bisa disebut firasat. Aku merasa bahwa dosa yang aku miliki sudah terlalu banyak sehingga amalku yang berjumlah jauh di bawahnya tidak akan cukup menyainginya. Aku takut Tuhan akan memanggilku dalam waktu dekat. Demi apapun aku bersumpah, perasaan ini seperti sedang membunuhku.
Ah, lupakan soal itu.
Dulu, aku juga pernah bersikap seperti temanku itu. Membuat status dan berbicara, mengeluh akan masalah yang menimpa, berharap untuk mati agar tak lagi menderita.
Syukurlah pikiranku telah dijernihkan.
Aku sadar, kehidupan yang Tuhan berikan ini sangat berharga. Melalui kehidupan kita dapat belajar tentang segalanya. Dan karena kehidupan lah kita mengenal Tuhan. Ia menitipkan sebuah hal abstrak hidup yang disebut nyawa ke dalam tubuh kita untuk memberikan kita kesempatan untuk menikmati indahnya dunia.
Sebahagia atau semenderita apapun hidup yang kita jalankan, kita tidak boleh hilang dari-Nya, dalam arti kita tidak boleh kehilangan rasa syukur pada-Nya.
Untuk yang merasa sang masalah telah berhasil menciptakan lelah dalam hidup:
Percayalah, hidup tidak seburuk itu. Selalu ada bahagia yang mengikuti. Dan percayalah, hidup ini indah. Indah jika kita mengerti bagaimana cara menjalankannya.
"Ya, Rabb, ampunkanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu merasa kurang akan karunia-Mu, yang selalu mengeluh akan cobaan dari-Mu."
No comments:
Post a Comment