Aku berhenti mengetik setelah mendengar kalimat berita yang keluar dari mulut Pani. Seketika aku seperti mendengar suara petir di kepalaku. Menoleh padanya, aku bertanya dengan penuh rasa tidak percaya, “Hah? Serius?”
Pani memberikan BB-nya padaku, memperlihatkan wacana yang terpampang di layarnya. Aku langsung membacanya dengan harapan bahwa Pani hanya sedang melakukan candaan yang sama sekali tidak lucu. Namun ternyata dia tidak sedang bercanda.
Zayn Malik telah keluar dari One Direction.
Ya...
... keluar.
Dia telah memutuskan untuk meninggalkan grup yang telah membesarkan namanya, grup yang telah membuatku mengetahui fakta bahwa seorang laki-laki muslim tampan bernama Zayn Jawaad Malik ada di dunia ini.
Aku tidak habis pikir—atau bahkan mungkin aku sama sekali tidak bisa berpikir—setelah mengetahui kabar yang tidak sekadar mengejutkan ini. Jangankan para fans sejati 1D dan Zayn, aku yang bukan seorang ‘Directioner’ saja rasanya seperti sedang menaiki wahana Halilintar di Dufan. Seketika aku bertanya keras dalam batinku, ‘Ada apa sih, Zayn? Apa yang terjadi? Kok tiba-tiba ngambil tindakan kayak gini?’ Ah, pikiranku jadi melenceng tak karuan.
Aku memutuskan untuk menghentikan ketikanku, lalu membuat kicauan di Twitter. Seperti yang kuduga, Trending Topic World Wide yang tertera kebanyakan berhubungan dengan Zayn dan 1D, seperti #AlwaysinOurHeartsZaynMalik, 0.8 Direction, Two Directions, dan Spaces. Aku mengecek topik-topik populer itu dengan rasa gelisah yang besar, dan beragam twit frustrasi muncul. Lalu aku mengecek akun Zayn untuk melihat apakah dia telah menge-tweet sesuatu mengenai keputusannya, ternyata nihil. Beberapa saat kemudian kalimat baru muncul di pikiranku: ‘Night changes, eh @zaynmalik?’, aku pun langsung menge-tweet-nya.
Nyata maupun maya, seluruh dunia ‘shocked’ karena berita ini. Foto Zayn mungkin menjadi foto yang paling banyak di-reupload saat ini. Beragam jenis kalimat juga tercipta dari para penikmat hiburan, mulai dari kalimat keterkejutan dan tidak percaya, kalimat permohonan agar Zayn tidak keluar, sampai kalimat ucapan terima kasih untuk Zayn karena perannya selama lima tahun ini. Saat melihat ucapan-ucapan terima kasih itu aku menganggap mereka lebay karena mereka terkesan seperti mereka menganggap bahwa Zayn sudah meninggal. Namun aku juga tidak bisa menyalahkan mereka, karena sepertiku, mereka juga sedang ‘berduka’ karena telah kehilangan satu bagian dari jiwa mereka. Sama halnya dengan mereka, aku juga sedang mencoba untuk menerima kenyataan.
Berlebihan? Aku rasa tidak.
One Direction dibentuk dengan formasi lima orang: Harry, Zayn, Louis, Niall, dan Liam. Zayn bisa dibilang sebagai pendongkrak 1D, karena selain mempunyai wajah yang paling menjual, dia juga ‘berbeda’ sendiri; Zayn adalah satu-satunya yang beragama Islam dan yang berwajah Timur Tengah. Bagiku—dan mungkin bagi yang lainnya juga—suara Zayn adalah yang paling seksi karena suaranya lah yang paling tebal, dipadukan dengan seraknya. Zayn dan empat lainnya adalah kombinasi yang tepat untuk sebuah grup vokal. Mereka masih muda dan mereka selalu membawa keceriaan saat sedang bersama. Mungkin aku masih belum mengenal kehidupan mereka satu sama lain secara dalam, namun aku merasa sangat jatuh saat mengetahui bahwa Zayn bukan lagi seorang anggota dari One Direction. Hatiku sangat tidak rela melihat mereka kedepannya tidak akan lagi melakukan kegiatan bersama. Suara Zayn tidak akan ada di lagu-lagu 1D selanjutnya dan sosoknya tidak akan muncul lagi di video-video klipnya. Otomatis dia tidak akan tampil sepanggung lagi dengan mereka. Zayn dan mereka akan berjalan masing-masing, di jalan yang berbeda.
Untuk mendeskripsikannya saja aku tidak sanggup.
Oh, Kami-sama, aku benar-benar kacau-balau sekarang. Kehilangan HP, kehilangan sosok-sosok berharga, memikirkan outline skripsi yang belum kelar, paket internet mendekati kematian, krisis finansial, takut untuk minta uang kuliah ke papa, susah mengontrol selera makan (akibatnya lemak mulai menumpuk di sana-sini), dan sekarang terpikir akan keputusan Zayn.
Ya, keputusannya yang seharusnya hanya menjadi urusan hidupnya, bukan malah menjadi hal yang mengambil tempat di otakku yang sudah over-capacity ini.
Ooohhh, Zayyyn! Mengapa harus keluar?
Apa masalah yang membuatmu memutuskan untuk keluar?
Apa kau tidak puas dengan kongsi gaji di grup?
Apa artinya One Diretion tanpa namamu, Zayn?
Ah, aku baru ingat. Zayn mengatakan alasannya keluar adalah karena waktunya sudah tepat dan dia ingin menjalani kehidupan sebagai seorang anak muda biasa yang tidak ingin kehidupan pribadinya terlalu disorot. Aku tidak terlalu terima dengan alasan yang dia berikan karena notabenenya dia adalah seorang public figure yang kehidupannya adalah makanan bagi penikmat dunia hiburan. Tapi, ya... Aku mau apa lagi? Orang terkenal tetaplah orang, manusia; punya privasi yang tidak boleh diganggu oleh orang lain. Dan dia juga idolaku, jadi aku harus menerima dan mendukung apapun keputusan yang dia buat.
Well, Zayn, aku hanya bisa berharap semoga kau akan lebih sukses dan bahagia dengan solo karirmu.
Namun, Zayn... Jangan marah ya kalau nantinya aku tidak lagi mendengarkan lagu-lagu One Direction selanjutnya.
Ah, Zayn...
Apakah album “Four” adalah pertanda untuk kabar ini?
▬
No comments:
Post a Comment