"Kelen dua bersaudara jugak?" tanya Bu Lela padaku saat beliau, aku dan Bela sedang mengobrol di ruang tamu rumah mereka.
"Iya, Buk," jawabku.
"Cewek jugak dua-duanya?"
"Iya..."
"Sama berarti ya... Itu si Dedek tiga bersaudara, anak paling kecil, cowok semua."
"Oh abang itu bungsu?"
"Iya. Si Sarah kan anak paling besar, cocok jadinya kan?"
Aku tidak menangkap maksud kalimat terakhir Bu Lela.
"Saling melengkapi..." ujar Bela sambil menolehkan arahku. Hahaha... Ternyata dia mengerti ekspresi kebingunganku.
"Oh..." kataku, mengangguk.
"Iya, kayak tutup botol. Cocok dia," sambung Bu Lela. "Si Lufi anak paling besar, tiga bersaudara jugak, cowok semua."
"Sama berarti Bel," kataku sembari menyengir.
"Cowoknya si Dina pun tiga bersaudara jugak, Buk..." kata Bela ke mamanya.
"Oh iya?"
"Iya, bungsu jugak, Buk," jawabku.
"Cowok semua jugak?"
"Enggak... Cewek satu,"
"Oh... Berarti anak paling kecil jugak... Cocok lah berarti,"
"AMIIIIIINNNNN!" Sambil berdiri pada lutut, aku mengangkat kedua tanganku lalu mengusap wajahku; mengamini. Aku dan Bela tertawa. Lalu aku kembali duduk. "Ah buat status lah aku, Bel. 'Aku anak paling besar, kamu anak paling kecil. Sadarilah, Sayang, kita saling melengkapi. Kita itu cocok.' Hahaha..."
Bela tertawa lagi. Bu Lela juga.
Hahahahahahaha...HA.
Harapanku ini, mimpiku ini... Terlalu tinggi.
... Tapi, kesuksesan itu berawal dari mimpi, kan?
▬
No comments:
Post a Comment