Tuesday, 30 July 2013

How Holy A Cat is

Yo, selamat pagi! Sekarang tertera angka 6:56 AM di sudut kanan bawah layar komputerku, artinya langit gelap sudah berganti menjadi langit terang, dan aku siap menjalankan puasa. X) Jadi sebentar lagi aku akan menyelesaikan kegiatan 'klak-klik'ku ini untuk melakukan kegiatan─harus&wajib─rutinku di setiap pagi yaitu dance! Yeay─ Sudah, sudah, kembali ke judul.

Sekitar setengah jam lalu aku menemukan sebuah artikel yang berjudul "Mengapa Rasulullah Memelihara Kucing", dan dengan ketertarikan yang luar biasa aku langsung membacanya. Semakin ke bawah aku memutar scroll, aku semakin senang membacanya; rasanya seperti ada gas bahagia yang tiba-tiba meledak dan menyebar di seluruh lambungku, naik ke paru-paruku dan berhenti di otakku. Tahu kenapa? Yeah, artikel itu menceritakan tentang Rasulullah SAW yang sangat menyayangi kucing dan bagaimana Beliau memperlakukannya. Beliau bersabda bahwa kucing itu tidak najis; kucing adalah hewan yang suka berkeliling di rumah (hewan rumahan), dan kucing itu adalah perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis. Bahkan, Aisyah pernah melihat Rasulullah SAW berwudhu dari sisa jilatan kucing. We o we (wow)... Aku tertegun.

Saturday, 27 July 2013

The Unpleasant Iftar

Hari ini jadwalnya Shiawase untuk buka puasa bersama. Oh iya, harap garis bawahi kalimat 'jadwalnya Shiawase untuk buka puasa bersama'. Jadi sudah seharusnya para anggota Shiawase itu datang. Tapi, kenyataannya..................

- aQoeh cii imOetZ
- Kak Wulan digit 2
- Indah Bele
- Ichszan Eank cLaLoe CaiiaNk KirOro
- Dallas
- Ery Gulla
(titik)

Noh, ada "titik"nya, jadi... itulah daftar orang-orang yang datang untuk bubar. Tiga orang pembina Shiawase (harap dicatet, pembina, bukan anggota), satu orang pengawal Indah, dan dua orang anggota Jeketi Forti Et Medan Fans Club.

Thursday, 25 July 2013

Hard Dance

Assalamu'alaikum wr. wb.

Well, hari ini hari ke-16 bulan Ramadhan, jadi telah 16 hari umat muslim di sleuruh dunia berpuasa. Tapi aku belum sampai 16 hari, karena alasan keperempuanan, you know, jadi sudah beberapa hari ini aku harus meliburkan puasaku.

Liburan kali ini sangatlah terasa membosankan bagiku. Aku terkurung di rumah hampir setiap hari. Hanya satu hari; hari Senin di minggu kedua puasa itu saja aku dapat menginjakkan kakiku di lantai angkot untuk pergi latihan. Seharusnya kami latihan di hari Selasa dan Kamis, namun karena teman seperjuanganku tidak diperbolehkan untuk latihan, akhirnya latihan pun diundur diundur terus-terusan, sampai hari ini, hari Kamis; hari dimana kami seharusnya latihan.

'Mengapa tidak latihan sendiri saja?'
'Oh, God, no... Alu bukanlah tipe orang se-pede itu.'

Monday, 1 July 2013

Welcome, July!

Welcome, Julyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!!

Ah, finally, my month of birth comes. Three days again, I have my birthday! Yeay and hooray~ ^-^

Well, walaupun aku yakin ulang tahunku tahun ini akan sama seperti tahun sebelumnya--without anything special like celebration or just a tart, tapi entah karena apa dan berasal darimana, aku merasa senang. Beneran. Serius. Suer tekewer-kewer. Aku senang! *ala Haruka JKT48*

Hal-hal yang sama yang akan terjadi tahun ini adalah:
♦ Ucapan selamat dari papah mamah (eleh, sok papah mamah, padahal omak bapak) dan--mungkin--adik.
♦ Ucapan selamat yang beratus-ratus dari teman-teman di fesbuk. Ada yang bilang "HBD", ada yang bilang "met ea", "Happy birthday!", "Selamat hari netas", "selamat ulang tahun", "happy bornday", "met milad", dan lain-lain.
♦ No celebration.
♦ No tart.
♦ No surprise.
♦ No bully.
♦ No gifts.
♦ No money.

Yeah. Betapa bahagianya, kan, hari ulang tahunku?

Namun, seperti yang aku bilang, seperti ada sesuatu yang membuatku senang pada bulan kelahiranku tahun ini, mungkin sesuatu itu malaikat, atau mungkin sesuatu itu rasa syukur, atau mungkin sesuatu itu akan ada hal membahagiakan yang akan terjadi, atau mungkin sesuatu itu Syahrini (loh?). The point is ureshii! I'm happy! ^^

(There was a photo here)

"Solely You"

Written on

Friday, 5 April 2013


Apa kamu pernah merasa begitu bersalah? Perasaan bersalah yang mengejar hingga kamu merasa tak akan pernah bisa memaafkan dirimu sendiri. Tapi cinta tidak begitu, kata orang-orang terdekatmu, juga kata sahabat terbaikmu.
Dan adakah yang tahu cara meredam rindu? Hingga rindu itu bisa tersimpan demikian rapi, tidak mengejarmu, tidak pula mengaduk-aduk isi hatimu? Andai ada yang tahu caranya, aku ingin sekali orang itu mengajariku…
(Solely You) 

3:07 AM

Written on

Sunday, 17 March 2013


"Mana remotnya, Kak?" Aku spontan menolehkan pandangan dari layar komputer. Ternyata mama bangun dari tidurnya. "Bawak sini dulu. Udah ketinggalan lah ini."

Aku mengernyit. Aku tau pasti ... mama bangun jam segini hanya untuk menonton bola. Dan aku juga tau pasti ... yang bertanding saat ini adalah Real Madrid.

Ternyata benar.

Real Madrid VS Manchester Real Mallorca.

Pastinya ada akang Ronaldo. Dan mama tak akan mau melewatkan pesonanya.

"Ya oloh, Mak... Mak...," kataku sambil geleng-geleng kepala.

"Gol!"Mama berteriak pelan. Dengan agak terkejut aku menoleh ke tipi. Mama menunjuk-nunjuk tipi, wajahnya sumringah dihiasi senyum lebar Pepsodent. "Liat tuh si Ronaldo yang gol-in! Dua-satu...!"

"Ya oloh, Mak... Itu ada cemilan." Aku menunjuk bungkus plastik yang berisi Choco Mania yang aku beli tadi. Aku kembali menonton drama.

"Gol!" Aku menoleh lagi ke tipi. Salah satu pemain Real Madrid yang rambutnya panjang dibelah tengah dan memakai ikat kepala putih sedang berlari merayakan gol yang baru saja dihasilkannya. Senyum mama semakin lebar. Tangan kirinya meninju-ninju udara. "Gol lagi! Biasanya dia suka pakek ikat kepala ini..."

"Gol lagiii!!!" Mama terlihat sangat bahagia. Tangannya semakin liar meninju-ninju udara. Sambil tertawa senang, ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk untuk lebih serius menonton.

"Gol-kan! Gol-kan! Aduh..."

"Yak, gol-kan!"
Hahaha... Dasar my beloved mamak... Kalo udah Mas Ronaldo aja baru mau nonton bola.

"Gol-kan! Gooollll!"

"Gol apanya, Mak?" tanyaku saat melihat adegan offside yang dibuat Mallorca.

"Eeee...." Mama mendengus.

A Very Bad Dream

Written on

Saturday, 16 March 2013


Last night I had a very bad dream. A very bad dream. A VERY BAD DREAM.

Di dalam mimpi itu aku divonis terkena penyakit mematikan, dan hidupku tinggal beberapa hari lagi. Penyakit sejenis spinocerebellar ataxia yang menyerang Kitou Aya sampai merenggut nyawanya. Tetapi penyakitku lebih ganas, karena saat dokter memvonisku, ia bilang bahwa hidupku tidak akan lama lagi, hanya tinggal beberapa hari tersisa. Berani-beraninya dokter itu mendahului Tuhan dengan meramalkan umurku. Kalau Aya melemah secara bertahap dan dalam waktu yang lama, penyakitku ini sama sekali tidak berbelas kasihan padaku untuk menikmati hidup lebih lama lagi, karena ketika saatnya tiba aku akan tiba-tiba melemah dan dalam beberapa menit aku akan mati. Mati...


Aku sangat ketakutan.


Menghadapi kematian bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih jika kita tahu kapan kita akan mati. Menghilangkan rasa takut dan menenangkan diri sendiri. Hanya dua hal itu yang dapat aku lakukan.


Takut akan dikubur, takut akan dosa yang sudah menumpuk, dan takut akan siksa neraka. Aku sangat takut. Beberapa hari tidaklah cukup untuk bertaubat mengurangi dosa.


Aku bingung kenapa aku bisa terkena penyakit itu. Tapi yah... Aya juga begitu. Dia tidak mengerti kenapa penyakit gila itu bisa hinggap padanya.


Suatu ketika, saat kematianku sudah semakin dekat, aku sedang bermain komputer. Tiba-tiba mama dan papa datang menghampiriku. Mama memelukku dan mencium pipiku. Aku tahu mereka ingin menemaniku. Lalu aku bertanya kepada papa, "Pa, berapa lama waktu pas dina kesakitan nanti?". Dan Papa menjawab, "lima menit..."


Hatiku seperti tertancap tombak saat mendengar dua kata itu. Kepalaku sepeti mau pecah. Aku benar-benar tidak ada harapan lagi. Aku akan mati sia-sia dan mendapat siksaan di neraka. Aku tidak punya waktu untuk memohon ampun kepada Allah. Aku menyesal. Aku sangat menyesal. Aku ingin menangis, aku ingin teriak, sesedu-sedunya, sekuat-kuatnya. Bahkan jika aku mati karena menangis dan teriak, aku akan lebih ikhlas.


Kemudian mataku terbuka. Aku terbangun.


Ternyata itu hanyalah mimpi buruk.


Mulutku terbuka, dan napasku saling memburu, menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk menenangkan paru-paruku. Dadaku sangat sesak. Tubuhku meriang. Aku merasakan keringat mengucur dari kulitku. Mimpi tadi masih tergambar jelas di benakku. Aku mulai sesenggukan, tapi aku mencoba menahannya. Aku membalikkan badan ke kanan, memeluk lutut, dan beristighfar berlang-berulang.


Ya Allah, terima kasih. Terima kasih masih memberiku waktu. Terima kasih.